Seorang pengusaha Surabaya, Ivan Sugianto ditangkap dan ditahan di Polrestabes Surabaya, gara-gara memaksa EN, siswa SMA Kristen ‘Gloria 2’ Surabaya, bersujud dan menggonggong di depan sekolahnya.
Tindakan tak pantas itu dilakukan Ivan yang marah karena puteranya, Excel yang siswa SMA ‘Cita Hati’ Surabaya, diejek EN dengan sebutan ‘Pudel,’ seusai pertandingan antar sekolah. Pudel adalah jenis anjing bertubuh kecil dan berambut keriting.
Kasus tersebut viral dan diberitakan semua media. Termasuk media online asing, seperti BBC Indonesia dan CNN Indonesia.
Makanya, para orangtua tidak boleh reaktif dan emosional dalam menanggapi pengaduan anak. Kasus ortu cepat naik darah itu juga pernah terjadi di Prancis. Bahkan lebih tragis.
Seorang bapak di Prancis harus menghadapi fakta yang tragis, gara-gara bersikap reaktif dan emosional saat menerima pengaduan putrinya.
|Baca Juga: Anak Putri Mahkota Norwegia Ditangkap atas Dugaan Pemerkosaan
Guru Dibunuh dengan Sadis
Mendiang Samuel Patty guru SMP di Prancis yang mengajarkan kebebasan jangan kebablasan (Foto Net)
Peristiwa itu bermula ketika seorang siswi SMP yang tak disebutkan namanya, mengadu kepada ayahnya, Brahim Chnina.
Bahwa dia dan beberapa teman sekelasnya yang beragama Islam diminta keluar kelas, karena gurunya akan menunjukkan gambar Nabi Muhammad SAW.
Karena dia memprotes si guru dengan mengatakan bahwa hal itu dilarang dalam Islam, maka dia dan kawan-kawannya diskors.
Tak terima, Brahim pun mendatangi salah seorang teman sekelas putrinya untuk konfirmasi. Fatalnya, siswa itu mengiyakan pengaduan putri Brahim.
Maka makin ‘meledak’lah imigran Chechna itu. Dan memposting kemarahannya, yang disertai ajakan protes agar guru bernama Samuel Paty itu dipecat.
Postingan tersebut melesat jadi ‘bola liar’ yang provokatif. Dan salah seorang yang terprovokasi adalah Abdoullakh Anzorov, yang juga imigran Chechnya.
Pada 16 Oktober 2020, pemuda 18 tahun yang tinggal di kota Êvreux, Normandi, mendatangi Samuel di kotanya, Conflans-Sainte-Honorine, dekat Paris.
Padahal jarak kedua kota itu tidak dekat: 87 kilometer.
Dengan iming-iming uang 300 Euro (setara Rp 4.977.300 pada tahun 2020), Anzorov meminta siswa sekolah yang tak disebutkan namanya itu untuk menunjukkan sosok Samuel Paty.
Begitu menerima petunjuk, Anzorov pun menguntit Samuel. Dan tak jauh dari halaman sekolahnya, Anzorov menikam tengkuk Samuel dengan pisau sepanjang 30 centimeter.
Begitu Samuel roboh, Anzorov langsung menggorok lehernya hingga nyaris putus.
Presiden Prancis Emmanuel Macron juga memberi penghormatan khusus kepada mendiang Samuel Paty. (Foto NET)
|Baca Juga: Ratusan Monyet di Thailand Kabur, Bikin Rusuh Hingga Serang Kantor Polisi
Pelaku Ditembak Mati
Teriakan keras Anzorov saat menikam Samuel terdengar oleh polisi, yang langsung menyerbunya.
Namun pemuda itu bertindak lebih cepat, dengan menembaki polisi menggunakan pistol berpeluru plastik.
Mungkin karena panik, polisi balas menembak. Anzorov pun roboh tanpa nyawa, di samping jasad korbannya.
Buntut peristiwa itu, putri Brahim dan 5 siswa SMP yang sama, yang terlibat dalam kejadian itu ditangkap dan diadili.
Bersama mereka ditangkap pula 8 orang dewasa. termasuk Brahim Chnina.
|Baca Juga: Nasib Pilu Ibu di Sumsel, Siram Air Keras ke Tetangga Suka Ngintip
Ternyata Berbohong
Para pelajar itu sudah divonis hukuman penjara antara 1,5 hingga 2 tahun, di penjara khusus anak.
Persidangannya berlangsung tertutup, pada tahun 2021 lalu. Sedang para terdakwa dewasa, termasuk Brahim, baru akan divonis awal tahun 2025 mendatang.
Selama persidangan para siswa itu, orangtua mereka dan juga para terdakwa dewasa itu dihadirkan. Dan menyesallah mereka semua.
Di sidang itu terungkap bahwa pengaduan putri Brahim, yang saat itu baru berumur 13 tahun itu ternyata palsu.
Dia mengada-ada. Dia sendiri tidak ikut pelajaran Samuel yang dia adukan ke bapaknya.
Dia sudah diskors oleh sekolah, karena terlalu sering membolos, sejak 9 hari sebelum pelajaran Samuel yang dia adukan itu.
Dia mengarang cerita karena tak ingin ketahuan bapaknya, bahwa dia sering membolos. Semua itu dia akui di persidangan.
Hal itu dibenarkan oleh siswa lain yang jadi terdakwa, kepala sekolah, guru-guru lain dan siswa-siswa lain yang dihadirkan sebagai saksi.
Bocah-bocah itu juga mengatakan, Samuel tidak menyuruh siswa Muslim di kelasnya keluar ruangan.
Samuel hanya menyuruh berpaling, saat dia menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW yang pernah dimuat majalah Charlie Hebdo pada tahun 2015.
Samuel menunjukkan gambar itu sebagai contoh kebebasan berpendapat yang kebablasan. Pada hari itu, Samuel memang sedang mengajar tentang kebebasan berpendapat.
Seperti diketahui, karikatur Charlie Hebdo itu memicu gelombang protes di seluruh dunia. Termasuk di Paris sendiri, dan berujung tewasnya 12 orang karyawan dan wartawan media tersebut. (*)
Selengkapnya Baca Tabloid Nyata Print, Edisi 2782, Minggu ke III, November 2024
Tags:dipenjara guru smp dibunuh kasus charlie hebdo siswa dan ortu