By: Azharul Hakim
23 October 2025

NYATA MEDIA — Proses evakuasi korban robohnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, akhirnya tuntas pada 16 Oktober lalu. Sebanyak 166 korban berhasil dievakuasi, dengan 63 orang meninggal dunia dan 104 lainnya selamat.

Di antara para penyintas itu, ada enam santri Al Khoziny yang berhasil keluar hidup-hidup setelah berhari-hari terjepit beton. Mereka adalah Muhammad Yusuf Arif Abdillah, Syehlendra Haical Raka Aditya, Muhammad Wahyudi, Al Fatih Cakra Buana, Taufan Saputra Dewa, dan Syaifur Rosi Abdillah.

Di balik kisah selamatnya mereka, tersimpan cerita kepahlawanan dari para petugas penyelamat. Mereka yang bertarung melawan waktu, debu, dan rasa takut demi satu hal: menyelamatkan nyawa.

Sedih Sekali

Dengan seragam merah-biru khas Damkar, helm, dan masker yang menutupi wajah, seorang petugas merayap di bawah tumpukan beton tebal dan baja melengkung. Di tengah gelap dan sempitnya ruang, terdengar suara lirih seorang anak.

| Baca Juga : Tiga Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny Teridentifikasi, Satu di antaranya Body Part

“Yusuf, apa yang sakit Nak? Perut kejepit ya? Haical, kamu sakit di mana Nak?” suara itu terekam dalam sebuah video yang kemudian viral, dibagikan ratusan ribu kali di media sosial.

Suara penuh kasih dalam video itu milik Abdul Aziz, petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya. “Ketika pertama kali menemukan mereka, hati saya sedih sekali,” ujar Aziz, mengenang momen evakuasi korban Al Khoziny itu kepada Nyata, Kamis (16/10).

Collapse Structure

Hari itu, Senin (29/9), seharusnya lelaki 33 tahun itu sudah pulang piket pukul 19.00 WIB. Namun pukul 17.00, mereka menerima perintah evakuasi dari Kepala Tim Pencegahan DPKP Kota Surabaya, Widagdo Endang Suroso.

Meski tidak dijadwalkan untuk misi penyelamatan, karena dia tengah bertugas di unit penanganan kebakaran, Aziz meminta izin kepada komandannya, Misbakhul Munir, untuk ikut berangkat ke pesantren Al Khoziny.

| Baca Juga : Identifikasi Korban Ponpes Al Khoziny Terus Berlanjut, 19 Jenazah Belum Terungkap

“Saya bilang, ‘Bos, saya mau ikut. Saya ingin belajar mengingat collapse structure ini jarang terjadi,’” katanya. Aziz pun bergabung dengan Regu Rescue Peleton 1. Tim ini beranggotakan delapan orang, dipimpin oleh Koordinator Komandan Rescue Didik Arisantono dan Widagdo Endang Suroso.

Mereka melaju ke Sidoarjo dengan satu unit Heavy Duty Rescue, kendaraan berat berkapasitas angkut hingga 14 ton lengkap dengan crane dan peralatan penyelamat.

Seperti di Palestina

Setibanya di lokasi, Aziz mengaku nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Rasanya seperti foto-foto yang saya lihat terjadi di Palestina. Bangunan musala hampir rata dengan tanah, suasana kacau. Masyarakat berkerumun, tim sulit memposisikan alat. Butuh waktu hampir 30 menit hanya untuk membuka akses,” kisahnya.

Aziz bersama rekannya, Elvanio Santosa, ditugaskan di sektor A1 di sisi timur gedung. Dengan kamera 360 derajat dan tongkat teleskopik dua meter, mereka merayap di ruang sempit setinggi 40 sentimeter. Gelap, hanya diterangi cahaya kamera.

| Baca Juga : Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny Diproses Hukum, Saksi Diperiksa

Di kedalaman satu setengah meter, mereka menemukan Denny, korban pertama yang masih hidup. Di belakangnya reruntuhan menumpuk, dia berhasil dievakuasi oleh Basarnas.

Assalamualaikum 3 Kali

Tak berhenti di situ, Aziz yang bergabung dengan DPKP sejak 2019 itu kembali merayap lebih dalam. “Saya teriak assalamualaikum tiga kali, tak ada jawaban. Di teriakan keempat, baru ada suara lemah menjawab,” kenangnya.

Suara itu milik Syehlendra Haical Raka Aditya, 13 tahun. “Di depan saya ada jenazah dalam posisi sujud. Di baliknya, ternyata Haical masih hidup. Jenazah itu justru melindunginya dari timbunan beton,” papar Aziz.

Selamatkan Yusuf

Dari kejauhan sekitar sembilan meter dari Haical, terdengar suara Muhammad Yusuf Arif Abdillah.  Yusuf menginformasikan adanya lubang dan terlihat sinar lampu, yang kemungkinan berasal dari luar.

”Saya tanya nama dan umurnya. Dia jawab ‘saya Yusuf Pak, umur 16 tahun. Pak, ada lubang, saya kelihatan tidak?’” timpal Elviano menirukan ucapan Yusuf kala itu. Setelah memastikan posisi mereka, Aziz dan Elviano melaporkan apa yang ditemukan kepada komandannya. Laporan itu menghasilkan sebuah keputusan untuk menyelamatkan Yusuf terlebih dahulu.

| Baca Juga : 59 Korban Masih Terjebak, Reruntuhan Bangunan Ponpes Al Khoziny Akhirnya Dibongkar

Bekerja Nonstop

Lubang menuju posisi Yusuf awalnya sangat kecil, hanya cukup untuk menyuplai air dan biskuit. Namun, Elvanio bekerja tanpa henti memperbesarnya selama lima jam. Ketika tenaganya habis, Aziz mengambil alih.

Pukul 01.58 WIB, Yusuf berhasil dikeluarkan. “Awalnya Yusuf tidak merespons, saya kira sudah meninggal. Tapi begitu saya tepuk pipinya, dia terbangun. Di tangannya ada peci dan Alquran kecil.”

Terhimpit Beton

Setelah Yusuf aman, Aziz kembali memastikan Haical masih bertahan. Dia empat kali masuk untuk berbicara dan menenangkan sang bocah yang terjepit beton itu. ”Saya usaha angkat betonnya pakai lifting bag tapi nggak kuat angkat betonnya,” terang dia.

Ketika Aziz terus berusaha, Haical bertanya kapan bisa keluar. ”Saya jawab, ‘yang sabar ya, Nak, ini lagi berusaha’. Posisinya Haical ini miring dan terhimpit beton. Pergerakannya minim karena tangan kirinya ketindihan badannya,” aku Aziz.

Aziz pun meminta Haical untuk mengeluarkan tangannya. ”Saya bilang, enggak apa-apa kalau teriak. Biar lega. Dia menjerit kesakitan, tapi terus berusaha. Sampai akhirnya tangannya bisa keluar,” tambah Aziz.

| Baca Juga : Fase Golden Time Segera Berakhir, Tangis Orangtua Santri Al Khoziny Pecah

Haical Kuat

Keesokan harinya, Selasa (30/9), Tim SAR gabungan memutuskan membuat gorong-gorong menuju lokasi Haical. Pekerjaan itu memakan waktu satu hari penuh, dilakukan bergantian oleh tim yang datang dari berbagai daerah.

“Haical kuat sekali. Saat ditanya kondisinya, dia masih bisa menjawab ‘iya’. Itu yang membuat kami semangat,” tutur Galang Ferby, anggota Peleton 2 yang ikut membantu pada hari kedua.

Rabu (1/10), tepat pukul 15.20 WIB, Haical berhasil dievakuasi. Bocah itu dilarikan ke RSUD Sidoarjo dalam kondisi kritis.

Tidak Bisa Tidur

Namun misi belum usai. Malam harinya, tim kembali turun. menyelamatkan Wahyu, Al Fatih, dan Rosi, yang juga tertimbun di sektor berbeda. “Kami memotong besi, membongkar beton, bergantian tanpa henti. Saat menolong Wahyu, dia malu karena tidak pakai baju. Saya bilang, ‘nggak apa-apa, Nak, yang penting kamu selamat’.”

Bagi para petugas, keberhasilan itu bukan sekadar tugas yang selesai. “Selama di sana, kami nggak bisa tidur tenang. Makanan banyak, tapi selera hilang. Maunya cuma satu: cepat-cepat menyelamatkan mereka,” ujar lelaki asli Bangkalan, Madura, itu pelan.

Tags:

Leave a Reply