By: Azharul Hakim
23 October 2025

“Saya bilang, ‘Bos, saya mau ikut. Saya ingin belajar mengingat collapse structure ini jarang terjadi,’” katanya. Aziz pun bergabung dengan Regu Rescue Peleton 1. Tim ini beranggotakan delapan orang, dipimpin oleh Koordinator Komandan Rescue Didik Arisantono dan Widagdo Endang Suroso.

Mereka melaju ke Sidoarjo dengan satu unit Heavy Duty Rescue, kendaraan berat berkapasitas angkut hingga 14 ton lengkap dengan crane dan peralatan penyelamat.

Seperti di Palestina

Setibanya di lokasi, Aziz mengaku nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Rasanya seperti foto-foto yang saya lihat terjadi di Palestina. Bangunan musala hampir rata dengan tanah, suasana kacau. Masyarakat berkerumun, tim sulit memposisikan alat. Butuh waktu hampir 30 menit hanya untuk membuka akses,” kisahnya.

Aziz bersama rekannya, Elvanio Santosa, ditugaskan di sektor A1 di sisi timur gedung. Dengan kamera 360 derajat dan tongkat teleskopik dua meter, mereka merayap di ruang sempit setinggi 40 sentimeter. Gelap, hanya diterangi cahaya kamera.

| Baca Juga : Ambruknya Bangunan Ponpes Al Khoziny Diproses Hukum, Saksi Diperiksa

Di kedalaman satu setengah meter, mereka menemukan Denny, korban pertama yang masih hidup. Di belakangnya reruntuhan menumpuk, dia berhasil dievakuasi oleh Basarnas.

Assalamualaikum 3 Kali

Tak berhenti di situ, Aziz yang bergabung dengan DPKP sejak 2019 itu kembali merayap lebih dalam. “Saya teriak assalamualaikum tiga kali, tak ada jawaban. Di teriakan keempat, baru ada suara lemah menjawab,” kenangnya.

Suara itu milik Syehlendra Haical Raka Aditya, 13 tahun. “Di depan saya ada jenazah dalam posisi sujud. Di baliknya, ternyata Haical masih hidup. Jenazah itu justru melindunginya dari timbunan beton,” papar Aziz.

Selamatkan Yusuf

Tags:

Leave a Reply