By: Azharul Hakim
1 October 2025

NYATA MEDIA — Ambruknya bangunan tiga lantai Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Senin (29/9/2025) menyisakan duka mendalam sekaligus sorotan.

Betapa tidak, sebanyak 140 santri yang tengah salat Ashar berjamaah tertimpa reruntuhan ketika bangunan tengah dicor.

Hingga berita ini diturunkan (1/10/2025), 91 orang diperkirakan masih masih tertimbun dalam reruntuhan bangunan.

“Kami terus berupaya mengevakuasi diduga 91 orang yang masih terjebak di dalam,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya yang didapat Nyata, Rabu (1/10/2025).

Tiga Santri Meninggal 

Sebelumnya hingga Selasa malam (30/9), petugas gabungan berhasil mengevakuasi 120 santri. Namun, tiga di antaranya meninggal dunia.

| Baca Juga : Kisah Cinta Lee Chae Min dan Ryu Da In Tak Kalah So Sweet dari Drakor

Korban pertama yang mengembuskan napas terakhir yaitu Mualana Sefian Ibrahim, warga Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya.

Dua korban meninggal lainnya yakni Mochammad Mashudulhaq, warga Kali Kendal, Dukuh Pakis, Surabaya, dan Muhammad Soleh asal Tanjung Pandan, Bangka Belitung.

Sementara korban luka ringan maupun berat dilarikan ke rumah sakit terdekat, baik RSUD Notopuro, RSI Siti Hajar, maupun RS Delta Surya.

Korban Diamputasi di Tempat 

Di antara mereka, satu korban terpaksa dilakukan tindakan amputasi pada lengan kiri saat proses evakuasi berlangsung. Beruntung, kondisinya saat ini berangsur membaik.

“Tadi malam sempat yang diamputasi di tempat, keluarga sempat protes, enggak setuju. Ya gimana kalau kondisi darurat, sempat nanya ‘Siapa yang mengizinkan?’ Untungnya dokter kami menjelaskan dengan lembut, dengan sabar, alhamdulillah [keluarga korban] bisa menerima. Karena situasinya sempit, ini juga sebenarnya membahayakan jiwa nakes kami,” Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, dr Atok Irawan pada Selasa (30/9).

| Baca Juga : Dari Rekan Musik Jadi Pasangan Hidup, Ini Perjalanan Cinta Selena Gomez dan Benny Blanco

15 Santri Terjebak 

Saat ini, Tim Basarnas mendeteksi 15 titik korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan musala.

Hal itu diungkap Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer.

Emi mengatakan, 15 orang tersebut, delapan di antaranya berstatus hitam atau tak ada tanda kehidupan, sementara tujuh lainnya masih berstatus merah yang berarti masih bisa berkomunikasi.

“Kami sampaikan bahwa target dalam proses evakuasi yang sudah teridentifikasi ada 15 titik. Di mana 15 titik, 8 sementara sudah berstatus hitam, lalu 7 masih berstatus merah,” kata Emi saat konferensi pers di Posko SAR Gabungan, Sidoarjo, Rabu (1/10).

Ia menambahkan, kepada tujuh korban kategori merah, tim hanya bisa menyalurkan bantuan suplai makanan dan minuman melalui celah kecil di area runtuhan.

Sedangkan untuk delapan korban berstatus hitam, belum bisa dievakuasi karena tubuh mereka terhimpit kolom besar di lantai dasar bangunan.

| Baca Juga : Usia 50, Legenda Skateboard Sandro Dias Meluncur dari Ketinggian 70 Meter

“Delapan belum bisa kami pindahkan karena torso, batang tubuhnya itu terhimpit di kolom. Sehingga kalau kami mau pindahkan ini kami harus angkat beban empat lantai ke atas. Nah, sehingga fase yang hitam ini akan kami prioritaskan setelah fase rescue selesai,” katanya.

Keluaga Menunggu Kabar

Di tengah upaya penyelamatan, keluarga korban dengan cemas menantikan kabar. Berdasarkan pantauan Nyata pada Selasa malam, mereka setia menunggu, baik di posko informasi, maupun Musala Al-Amin yang lokasinya berdekatan dengan areka pondok.

Musala sederhana itu mendadak berubah fungsi dari sekadar tempat ibadah menjadi ruang tunggu.

Mereka tampak duduk bersandar di dinding musala dengan wajah letih. Sebagian lainnya menundukkan kepala sambil terus merapal doa. Ada juga yang menggenggam erat ponsel, berharap kabar baik segera datang.

Salah seorang ibunda santri yang tidak mau disebutkan namanya mengaku anaknya menjadi korban. Hingga saat ini, masih belum mendapatkan kepastian keberadaan putranya.

Ibu berkerudung hitam tersebut mengatakan anaknya menempuh perguruan tinggi di ponpes itu.

“Anak saya ada dua yang mondok disini, yang satu menjadi korban. Saat kejadian anak saya lagi salat,” benernya dengan wajah letih.

Tidak Memiliki IMB

Sejak insiden terjadi, struktur bangunan ponpes Al Khoziny menjadi sorotan. Bupati Sidoarjo Subandi menyoroti pembangunan Ponpes Al Khoziny yang diduga tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).

| Baca Juga : Naufal Takdir Al Bari, Atlet Gimnastik Indonesia Meninggal di Rusia

Hal itu terbukti saat dirinya meninjau lokasi dan menemukan bangunan tiga lantai tersebut berdiri tanpa dokumen resmi.

“Ini saya tanyakan izin-izinnya mana, tetapi ternyata nggak ada, ngecor lantai tiga, karena konstruksi tidak standar, jadi akhirnya roboh,” kata Subandi, Selasa (30/9/2025).

Pakar Teknik Sipil Struktur ITS, Mudji Irmawan, menyebut bangunan ponpes sejak awal direncanakan hanya satu lantai, namun karena penambahan jumlah santri kemudian dipaksakan hingga tiga lantai tanpa perencanaan teknis yang matang.

“Kalau kita lihat sejarah pembangunan ruang kelas pondok pesantren ini awalnya merupakan bangunan yang direncanakan cuman satu lantai,” kata Mudji, Selasa (30/9/2025).

Menurut Mudji, penambahan lantai tanpa perhitungan membuat beban bangunan meningkat drastis, dari yang seharusnya hanya menanggung 100% menjadi berlipat hingga 300%, sehingga konstruksi tidak mampu lagi menahan tekanan.

“Nah, ini jadi masalah bebannya yang tadinya 100% jadi 200%, jadi 300%. Itu menyebabkan salah satu faktor utama yang membuat bangunan lantai satu, lantai dua tidak cukup mampu menerima beban yang ada di kerja,” jelasnya. (*)

Tags:

Leave a Reply