| Baca Juga: Kisah Syehlendra Haical: Impian Jadi Tentara Terpaksa Kandas
Rombongan memutuskan bermalam di puncak sebelum turun keesokan harinya pukul 10.00 WIB. Saat turun, dia memilih jalur lama yang lebih curam.
“Intinya saya naik gunung untuk menunjukkan bahwa keterbatasan itu hanya di pikiran. Kalau kita yakin mampu, batas itu hilang,” ujarnya. Setelah dari Prau, Hikmat juga mendaki Gunung Bimo di Wonosobo.
Hikmat lahir tanpa kaki akibat gangguan perkembangan janin. Masa kecilnya bahagia, tetapi dia sempat mengalami depresi saat SMP setelah dibully soal fisiknya.
Dia bahkan sempat berpikir mengakhiri hidup. Namun titik balik datang ketika ia memilih berdialog dengan Tuhan. “Sejak itu saya memutuskan berhenti menyalahkan keadaan. Saya ikhlas,” katanya.
| Baca Juga: Sosok Jane Goodall, Peneliti Simpanse Terbaik yang Meninggal Dunia
Sejak remaja, dia tidak berhenti berprestasi. Juara catur pelajar Sukabumi, peraih medali Peparnas Jawa Barat 2013, dua emas di Peparnas Jawa Tengah 2023, hingga akhirnya menjadi guru SLB Negeri Batang pada 2018 setelah lolos CPNS jalur disabilitas.
Yang selalu diingat Hikmat, SK sebagai PNS diserahkan olah Gubernur Jawa Tenggah, Ganjar Pranowo. “Waktu ada tes CPNS besar-besaran 2018, saya coba iseng-iseng penerimaan khusus jalur disabilitas, ikut tes di Semarang, Alhamdulillah lolos,”kenangnya.
Kini, setelah menaklukkan Prau dan Bimo, ia tengah bersiap untuk impian berikutnya. “Target saya selanjutnya Sindoro,” ujarnya. (*kri)
Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di Instagram, TikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.
Tags:Gunung Prau Jawa Barat Muhammad Hikmat Sekolah Luar Biasa SLB Sukabumi