By: Naomi Nilawati
30 November 2025

NYATA MEDIA — Bagi penderita Hipertensi Paru, bernapas bukan hal sederhana. Setiap tarikan napas adalah perjuangan. Tapi jangan khawatir, ada sejumlah langkah sederhana yang dapat dilakukan di rumah untuk membantu menjaga kondisi tetap stabil.

Menurut dr. Hary Sakti Muliawan, Ph.D., Sp.JP, Subsp.P.R.Kv(K), Hipertensi Paru terjadi ketika tekanan darah pada pembuluh darah paru meningkat, membuat jantung kanan bekerja lebih keras. Tanpa pengobatan, kondisi itu dapat menyebabkan gagal jantung kanan.

Penyakit itu bersifat progresif dan fatal, sepertiga pasien meninggal dalam tahun pertama, dan lebih dari setengah meninggal dalam lima tahun setelah diagnosis. Di Indonesia, diperkirakan ada 25.000 pasien, dengan wanita sebagai kelompok paling rentan.

| Baca Juga : Simon Cowell Klaim Terapi Cuci Darah Bikin Awet Muda, Benarkah?

Lebih mengkhawatirkan lagi, penyakit itu sering tidak terdeteksi. “Gejalanya sering menyerupai asma atau gangguan jantung, sehingga banyak pasien menunggu bertahun-tahun sebelum mendapatkan diagnosis. Gejala awal seperti sesak saat aktivitas dan mudah lelah sering dianggap biasa. Padahal, itu bisa menjadi tanda awal Hipertensi Paru,” jelas dr Hary saat diskusi Bulan Kesadaran Hipertensi Paru 2025 di GBK Senayan, Jakarta baru-baru ini.

Ia menambahkan, “Keterlambatan diagnosis membuat pasien kehilangan waktu berharga.”

Tantangan lainnya adalah terbatasnya akses obat dan fasilitas diagnostik di beberapa daerah.

Lantas, siapa yang harus lebih waspada pada penyakit itu?

Menurut dr. Hary, ada beberapa kelompok yang perlu lebih memperhatikan perubahan kondisi tubuhnya.

Pertama, pasien dengan kondisi medis sebelumnya. Mereka yang sebelumnya tampak baik-baik saja tetap harus waspada jika muncul gejala baru.

| Baca Juga : Viral, Tren Rutinitas ‘3×3 Before 12 PM’, Menyehatkan?

“Kalau ada perubahan, harus segera diperiksa, apakah jadi hipertensi paru baru,” tutur dr. Hary.

Kelompok berikutnya adalah pasien autoimun. Kondisi itu sering berkaitan dengan hipertensi paru. “Kalau tidak dipantau baik, bisa berkembang jadi hipertensi paru,” tegasnya.

Kemudian, pasien dengan riwayat penyakit paru, termasuk mereka yang pernah mengalami TB atau COVID. Bila napas terasa lebih cepat lelah dari biasanya, menurutnya, “Kalau jadi cepat capek, harus dievaluasi.”

Selanjutnya, ibu hamil dan perempuan setelah melahirkan juga perlu memperhatikan kondisi tubuh mereka. Meski sudah lewat beberapa waktu setelah persalinan, rasa mudah lelah tetap tidak boleh dianggap sepele.

“Itu harus dipastikan apakah ada hipertensi paru,” kata dr. Hary.

| Baca Juga : Cara Simple Perawatan Kulit ala Bryan Domani

Ia menjelaskan bahwa kondisi itu sering dipicu oleh meningkatnya gumpalan darah setelah melahirkan yang dapat menyumbat pembuluh darah paru.

“Seringkali ibu… tingkat gumpalan darahnya meningkat dan menyumbat pembuluh darah paru,” jelasnya.

Yang terakhir adalah pendaki gunung atau orang yang gemar hiking. Aktivitas itu membuat tubuh terpapar udara dengan oksigen rendah, sehingga perlu kewaspadaan ekstra.

“Suka hiking itu juga harus waspada… oksigen rendah bisa memicu hipertensi paru,” jelasnya.

Langkah Sederhana di Rumah

dr. Hary menjelaskan bahwa ada beberapa kebiasaan harian yang bisa membantu menjaga kondisi pasien hipertensi paru tetap stabil.

| Baca Juga : Modal Rp22 Ribu, Ini Menu Sehat Andrea Dian saat Makan di Warteg

Yang pertama adalah membatasi konsumsi garam. Ia menegaskan, “Garam meningkatkan retensi cairan, pasien sudah berisiko bengkak.”

Karena itu, pilih makanan dengan rasa yang tidak terlalu asin dan hindari bumbu tambahan yang berlebihan.

Kebutuhan cairan juga perlu dijaga. Menurutnya, minum tidak boleh terlalu sedikit ataupun terlalu banyak. “Kurang minum membuat dehidrasi… tapi kalau terlalu banyak bisa jadi bengkak. Kuncinya adalah menjaga keseimbangan dan menyesuaikan dengan kondisi tubuh,” jelasnya.

Untuk pola makan, dr. Hary menyarankan lebih banyak sayur dan membatasi daging merah, terutama bila tubuh mudah menahan cairan. Makanan yang dapat memicu retensi cairan sebaiknya dihindari.

Selain itu, olahraga tetap penting, tetapi harus dilakukan dengan cara yang aman. “Olahraga penting, tapi harus dimonitoring sesuai kapasitas pasien,” ujarnya.

| Baca Juga : Anita Tumbler Viral, Ini Tips Memilih Botol Minum Tahan Panas Dingin

Aktivitas fisik sebaiknya dimulai dari gerakan ringan dan disesuaikan dengan kemampuan bernapas masing-masing.

Dengan langkah-langkah yang sederhana itu, dapat membantu menjaga kondisi tubuh penderita tetap stabil di rumah, sambil tetap rutin berkonsultasi dengan dokter.

Kapan Harus Periksa?

Ada beberapa tanda yang tidak boleh diabaikan. Segeralah periksa ke dokter bila Anda merasa mudah lelah, tidak kuat beraktivitas seperti biasanya, tiba-tiba menjadi cepat ngos-ngosan, atau muncul pembengkakan pada kaki maupun tangan.

dr. Hary menegaskan, “Itu harus dipastikan apakah ada hipertensi paru.”

Ia juga mengingatkan satu pesan sederhana yang berlaku untuk siapa saja, “Sakit nggak sakit, periksa.” (*)

Tags:

Leave a Reply