By: Azharul Hakim
29 October 2025

Eky juga mengetahui beberapa anak mengalami trauma yang lebih berat dibanding dirinya. Bahkan ada yang disodomi. “Aku beruntung nggak sampai disodomi, ini gila,” kenangnya. Dia pun memutuskan untuk pindah tempat mengaji.

| Baca Juga : 7 Tahun Penantian Anak Pertama, Aline Adita Melahirkan di Usia 45

Ketika Eky akhirnya berani bicara di depan forum remaja mesjid, respons masyarakat justru memukul mundur. Dia dianggap menyebar fitnah, membuka aib. Eky dikucilkan, dianggap pembuat onar. Bahkan sempat mengaku atheis sebagai bentuk protes pada trauma yang dialami. Tapi dia berusaha bangkit. “Aku tidak trauma dengan mesjid, tapi aku trauma dengan Sudirman,” ujarnya.

Seni sebagai Penyembuh

Eky menemukan pelarian dalam seni. Melukis, menggambar, hingga akhirnya menjadi komika. Baginya, standup comedy adalah ruang untuk mengolah luka menjadi kekuatan. “Lebih baik kenangan jadi komedi daripada dikening jadi tragedi,” ujarnya, mencoba tersenyum.

Dia pun berhasil menyelesaikan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Desain Produk dengan nilai terbaik pada 2019. Prestasi yang membuktikan bahwa korban bisa bangkit lebih tinggi dari pelakunya.

Rekonsiliasi

Titik balik terbesar terjadi pada April 2025. Eky menyambangi ibunya di Papua untuk rekonsiliasi. Pertemuan itu menghadirkan kejutan: permintaan maaf yang selama ini dinantikan.

| Baca Juga : Mengulik Museum 798 Beijing yang Dikaitkan dengan Kematian Yu Menglong

“Mamaku sampai minta maaf panjang lebar. Tiap hari minta maaf,” katanya. Hubungan yang retak mulai diperbaiki. Eky memaafkan, memahami bahwa orang tuanya juga punya keterbatasan.

Kini Eky memaknai hidupnya dengan cara baru. “Orang tua saya tak meninggalkan warisan harta. Warisannya adalah cerita,” ujarnya. Cerita tentang bagaimana seorang anak bisa bertahan, bangkit, dan akhirnya menyelamatkan anak-anak lain dari nasib serupa.

Dia tak lagi terjebak dalam bayangan kelam masa lalu. “Aku sudah terbebas dari trauma yang menghantui selama ini,” tegasnya. Eky memilih fokus pada karir sebagai konten kreator, membawa pesan: luka bukan akhir dari segalanya. (*kri)

Tags:

Leave a Reply