By: Naomi Nilawati
27 October 2025

NYATA MEDIA — Hati dikenal sebagai organ yang ‘super sibuk’ dan tangguh. Ia menyaring racun, memproduksi protein penting, serta menyimpan energi. Namun, ketika kanker hati menyerang, ketangguhan itu benar-benar diuji.

Berdasarkan data, kanker hati menempati peringkat ke enam kanker paling umum di dunia dan menjadi penyebab kematian akibat kanker tertinggi ke tiga, dengan lebih dari 866 ribu kasus baru dan 758 ribu kematian tiap tahun.

Di Indonesia, angkanya juga tinggi, 23.800 kasus baru dan 23.383 kematian per tahun, menjadikannya pembunuh nomor dua setelah kanker paru. Ironisnya, tingkat kelangsungan hidup lima tahun pasien kanker hati hanya sekitar 1,7 persen.

Kanker hati terjadi ketika sel-sel hati tumbuh tidak terkendali dan membentuk tumor ganas.

| Baca Juga: Pria ini Ubah Barang Bekas Jadi Kostum Halloween Gratis untuk Anak-Anak

Berdasarkan asalnya, kanker ini dibagi menjadi:
– Primer, berasal langsung dari hati.
– Sekunder, berasal dari organ lain lalu menyebar ke hati.

Jenis yang paling sering ditemukan adalah karsinoma hepatoseluler (HCC), yang mencakup 85–90% kasus, biasanya pada pasien dengan sirosis atau hepatitis kronis.

“Hati adalah organ vital yang berperan dalam metabolisme, detoksifikasi, dan penyimpanan energi. Ketika fungsi hati terganggu akibat kanker, dampaknya bisa luas dan mengancam nyawa,” jelas Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara, SpPD-KHOM.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik dari RS Siloam Kebon Jeruk dan MRCCC Siloam Semanggi itu mengatakan, kanker hati dikenal sebagai “pembunuh senyap” karena gejalanya sering tak terasa di awal.

Pasien baru menyadari setelah penyakit berkembang. Berikut beberapa tanda yang patut diwaspadai antara lain:

– Penurunan berat badan tanpa sebab
– Hilang nafsu makan dan mudah lelah
– Nyeri di perut kanan atas
– Mual, muntah, atau perut membengkak
– Kulit dan mata menguning (jaundice)
– Tinja berwarna pucat

| Baca Juga: Perjalanan Karier Vidi Aldiano, Penyanyi yang Mengidap Kanker Ginjal

Faktor risiko utamanya meliputi infeksi hepatitis B/C, sirosis, diabetes, perlemakan hati non-alkoholik, dan konsumsi alkohol berlebihan.

Deteksi Dini: Penentu Harapan Hidup

Dr. Jeffry menegaskan pentingnya menjaga kesehatan hati dan mengenali gejalanya sejak dini.

“Deteksi dini menyelamatkan nyawa. Pada stadium awal, tingkat kelangsungan hidup lima tahun bisa mencapai 93%. Tapi sayangnya, banyak pasien datang saat sudah lanjut,” ujar dr. Jeffry saat diskusi tentang Kenali dan Pahami: Kanker Hati Tipe Hepatocellular Carcinoma (HCC) di Jakarta beberapa waktu lalu.

Dalam praktik klinis, HCC terbagi menjadi tiga stadium utama:

– Stadium awal: Bisa ditangani dengan operasi atau transplantasi.

– Stadium menengah: Masih dapat dikendalikan melalui embolisasi, ablasi, atau radioterapi.

– Stadium lanjut: Ditangani dengan terapi sistemik, seperti imunoterapi kombinasi, standar modern pengobatan saat ini.

“Pemberian imunoterapi memberikan harapan baru bagi pasien HCC yang tidak bisa dioperasi,” katanya.

| Baca Juga: Video Lawas Ultah Mendiang Yu Menglong Kembali Viral, Ucapkan Kalimat Misterius

Antara Herbal dan Pengobatan Medis

Banyak pasien tergoda mencoba herbal atau ‘jamu superman’ setelah mendengar diagnosis kanker.

“Begitu orang dengar kata kanker, satu kampung langsung nawarin jamu superman,” kata Dr. Jeffry sambil tersenyum.

Ia menambahkan, “Padahal kita tidak tahu interaksinya dengan obat medis. Jangan sampai hati yang sudah sakit malah makin terbebani.”

Karena hati berfungsi memetabolisme hampir semua zat dalam tubuh, penggunaan herbal sebaiknya dikonsultasikan dulu ke dokter.

| Baca Juga: Mencekam! Atap Lapangan Padel Ambruk di Tengah Turnamen Selebriti

Imunoterapi dan Regenerasi Hati

Meskipun lebih ringan dari kemoterapi, imunoterapi tetap memiliki efek samping, seperti radang di paru, usus, atau gangguan hormon. Namun, efeknya umumnya lebih bisa ditoleransi pasien.

Operasi pengangkatan tumor masih menjadi terapi utama untuk kasus tertentu. Menariknya, setelah sebagian hati diangkat, tubuh memproduksi growth hormone untuk menumbuhkan jaringan baru.

“Hormon pertumbuhan memang menumbuhkan jaringan hati yang baru, tapi kadang juga bisa menumbuhkan kembali sel yang tadinya abnormal,” jelasnya.

Karena itu, pasien disarankan kontrol rutin setiap enam bulan. Risiko kekambuhan paling tinggi terjadi dalam dua tahun pertama.

“Kanker hati bisa kambuh kapan saja. Saya suka analogikan seperti rayap, sudah dibersihkan, bisa muncul lagi di tempat lain,” ujarnya.

| Baca Juga: Romantics Anonymous Jadi Hit Baru Netflix, Remake yang Banjir Pujian

Berani Tahu, Berani Selamat

Banyak orang takut memeriksakan diri karena khawatir dengan hasilnya. Padahal, keberanian untuk tahu lebih cepat justru memberi kesempatan untuk sembuh.

“Saya jarang bilang pencegahan, karena faktor risiko bisa datang dari mana saja. Tapi deteksi dini akan menyelamatkan nyawa. Jangan takut periksa sejak awal, dan jangan kabur setelah tahu hasilnya,” tegas Dr. Jeffry.

Ia mengatakan, “Kesadaran adalah kunci. Orang dengan risiko tinggi, seperti penderita hepatitis, diabetes, atau pecandu alkohol, harus rutin memeriksa fungsi hati.”

Kanker hati memang mematikan, tetapi bukan tanpa harapan. Dengan deteksi dini, pengobatan tepat, dan gaya hidup sehat, hati masih bisa diselamatkan.

“Deteksi dini, deteksi dini, deteksi dini,” tandas Dr. Jeffry. (*)

Tags:

Leave a Reply