NYATA MEDIA — Malam itu, langit Kota Meksiko dipenuhi gemerlap kembang api. Namun pusat perhatian rakyat bukanlah cahaya di angkasa. Melainkan sosok perempuan yang berdiri di balkon Istana Nasional, di jantung Zócalo.
Di sana, Claudia Sheinbaum berdiri tegak, mengenakan pakaian tradisional berbordir khas Meksiko dengan sorot mata yang penuh keyakinan dan wajah yang memancarkan ketenangan.
Untuk kali pertama dalam 215 tahun, seorang perempuan memimpin seruan kemerdekaan Meksiko. Sebuah momen bersejarah yang tak hanya menggema di alun-alun kota, tetapi juga mengetuk batin rakyat di seluruh negeri.
”Hidup kebebasan! Hidup keadilan! Hidup martabat rakyat Meksiko! Hidup Meksiko yang merdeka dan berdaulat!” seru Sheinbaum lantang, disambut sorakan membahana dari puluhan ribu orang yang memadati Zócalo sejak sore pada Selasa (16/9).
| Baca Juga: Aktris China Chen Zihan: 12 Kali Gagal Bayi Tabung hingga Nyaris Diceraikan
Simbol Perubahan
Suara lonceng yang ia bunyikan sesudahnya, lonceng yang dahulu dibunyikan oleh Pastor Miguel Hidalgo pada tahun 1810, menggema sebagai simbol dimulainya kembali sebuah perjuangan. Bukan lagi melawan penjajah, tetapi melawan batas-batas lama dalam politik dan budaya Meksiko.
El Grito de Independencia atau seruan kemerdekaan adalah tradisi sakral yang telah menjadi ritus kenegaraan sejak abad ke-19. Tapi tahun ini, tradisi itu berubah arah. Untuk pertama, suara yang berseru dari balkon istana bukan milik seorang pria, melainkan milik seorang ibu bangsa.
”Perayaan ini selama ini sangat patriarkal. Fakta bahwa seorang perempuan kini memimpin seruan kemerdekaan adalah simbol perubahan budaya yang signifikan,” ujar Alfredo Ávila, sejarawan dari Universitas Nasional Otonom Meksiko (UNAM).
| Baca Juga: 11 Tanda Suami Mulai Menjauh
Parade Militer
Claudia Sheinbaum tak hanya mencatat sejarah sebagai presiden perempuan pertama. Ia juga adalah presiden Meksiko pertama yang berasal dari keluarga Yahudi, sekaligus seorang ilmuwan energi dan aktivis lingkungan yang telah lama bekerja dalam isu-isu perubahan iklim.
Keesokan harinya, Sheinbaum kembali tampil, kali ini memimpin parade militer nasional. Dikelilingi pasukan dan jajaran pemerintahannya, ia menyampaikan pesan tegas soal kedaulatan negara.
”Tak ada kekuatan asing yang boleh membuat keputusan untuk kami. Tak ada campur tangan yang bisa diterima di tanah air kami,”kata dia.
Pernyataan itu dipahami sebagai respons terhadap tekanan diplomatik Amerika Serikat (AS). Dalam beberapa bulan terakhir, AS kembali mendesak Meksiko untuk memperkuat tindakan terhadap kartel narkoba dan memperketat perbatasan.
| Baca Juga: Kanker Jadi Obrolan Tiap Hari Keluarga Shahnaz Haque
Ilmuan & Ibu
Beberapa tokoh konservatif di AS bahkan mengusulkan pengiriman pasukan Amerika ke wilayah Meksiko. Itu ditolak dengan tegas oleh Sheinbaum. Meski begitu, pemerintahannya menunjukkan pendekatan yang lebih tegas dibanding pendahulunya.
Beberapa tokoh kartel besar telah diekstradisi ke AS, dan penyitaan narkotika meningkat tajam di perbatasan. Namun Sheinbaum menegaskan kalau semua kebijakan ini dibuat demi kepentingan rakyat Meksiko, bukan karena tekanan luar negeri.
Sheinbaum bukan sekadar politisi. Ia adalah seorang ilmuwan, akademisi, dan ibu dari satu anak. Ia meraih gelar doktor di bidang teknik energi dari UNAM dan pernah menjadi peneliti di Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley di Amerika Serikat. Sebelum menjadi presiden, ia pernah menjabat sebagai Wali Kota Tlalpan dan Kepala Pemerintahan Kota Meksiko.
| Baca Juga: Pesona dan Mimpi Top 3 Miss Universe Indonesia 2025
Lawan Kartel
Dalam pemilu 2024, ia mengalahkan Xóchitl Gálvez dengan kemenangan telak. Ia dilantik sebagai presiden ke-66 sekaligus presiden perempuan pertama Meksiko pada 1 Oktober 2024. Ia membawa program sosial yang progresif, mendorong nasionalisasi sebagian sektor energi, serta menaikkan upah minimum secara signifikan.
Dalam urusan keamanan, ia memperkuat Garda Nasional dan memperluas operasi melawan kartel. Sembari tetap menjunjung hak asasi dan penegakan hukum yang transparan.
Data terakhir menunjukkan penurunan sekitar 25 persen angka pembunuhan dalam bulan-bulan pertama masa jabatannya—sebuah pencapaian signifikan di negara yang telah lama berjuang melawan kekerasan.
Comandanta
Malam itu, Sheinbaum tak hanya disapa sebagai “presiden.” Tetapi juga sebagai comandanta, panglima tertinggi, oleh militer. Sebuah simbol yang kuat bahwa negara ini tengah berubah, bukan hanya dalam kebijakan, tetapi juga dalam imajinasi kolektif rakyatnya.
Sejarawan Lorenzo Meyer menyebut momen El Grito kali ini sebagai pembuka pintu yang dulu tertutup bagi perempuan. “Kehadiran Sheinbaum bukan hanya soal gender. Ini tentang bangsa yang belajar memberi ruang bagi semua warganya untuk memimpin,” ujarnya.
Dan, saat lonceng tua itu kembali bergema di langit malam Zócalo, rakyat Meksiko tahu: perjuangan belum usai. Tapi kali ini, mereka tak hanya punya pemimpin, mereka punya harapan. (*/tia)
Jangan ketinggalan berita terhangat lainnya di Tabloid Nyata Cetak! Setiap minggunya, kami hadir dengan edisi terbaru yang penuh dengan kisah eksklusif, berita selebriti terkini, dan cerita inspiratif.
Dapatkan Tabloid Nyata Cetak dengan mudah! Klik link di sini untuk pemesanan via marketplace.
Tags:Claudia Sheinbaum Meksiko
