By: Azharul Hakim
18 June 2025

Meski sudah mengikuti beberapa pameran di pusat perbelanjaan, produk buatannya tidak kunjung laku. Kondisi itu membuatnya mengevaluasi dengan menghadirkan produk yang inovatif dan variatif.

| Baca Juga : Astrid Ika Paramitha Temukan Melon Hitam Pertama di Dunia

Misal, produk anyaman eceng gondoknya diberi sentuhan motif. Seperti tas yang diberi sentuhan ecoprint. Ada juga yang dilukis, disulam, dirajut, hingga ditempeli kerang di bagian permukaan.

Pengembangan produk itu dilakukan bekerja sama dengan UMKM lain. Kolaborasi itu sekaligus bertujuan agar bisa memajukan usaha pelaku UMKM lainnya.

“Tantangan yang paling besar memang dari sisi pemasaran. Akhirnya saya cari model yang berbeda, kadang idenya muncul dari konsumen,” ujarnya.

Perempuan kelahiran 15 April 1967 itu juga mengaku sempat dibantu Mantan Wali Kota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini, untuk rebranding hingga diberi desainer gratis untuk usahanya. Benar saja, produknya dapat diterima di pasar.

Untung Milliaran Rupiah

Wanita berkerudung itu mengaku bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah per bulan dengan mengolah eceng gondok. Bahkan ia pernah menerima Rp1,5 miliar pada 2018, hasil dari pengerjaan proyek selama delapan bulan dari Risma untuk 7.000 produk.

| Baca Juga : Firasat Para Keluarga Korban Tewas Longsor Tambang di Cirebon

Berkat hal itu, kerajian miliknya semakin digemari. Di Tanah Air, usaha milik Wiwit sudah mejeng di Sarinah, pusat belanja tertua yang ada di Jakarta. Selain ritel modern yang tersebar di Indonesia, seperti IKEA, Mr DIY dan sebagainya.

Sementara di luar negeri, produk Witrove melayani permintaan dari Arab Saudi, Tiongkok, Australia, Belanda, hingga Jepang. Penjualan ke luar negeri biasanya melalui eksporter ataupun melayani secara langsung.

“Kita jual online di media sosial dan e-commerce,” ungkap Wiwit.

Tags:

Leave a Reply