By: Irfan Julyusman
15 July 2024

Donald Trump mengalami insiden penembakan saat kampanye di Pennsylvania, Sabtu (13/07) waktu setempat. Beruntung, calon presiden Amerika Serikat tersebut berhasil selamat. Namun, salah satu tembakannya mengenai seorang pria hingga tewas.

Dia bernama Corey Comperatore. Pria berusia 50 tahun itu tewas tertembak usai melompat ke arah dua anak dan istrinya dalam insiden tersebut. Pria tersebut adalah pemadam kebakaran yang dianggap pahlawan oleh Gubernur Pennsylvania, Josh Saphiro melalui konferensi pers, Minggu (14/07) waktu setempat.

“Corey meninggal sebagai pahlawan,” kata Josh Shapiro dalam konferensi pers, Minggu (14/07).

Potret Corey Comperatore (Foto : Facebook/Ken Blackwell)

Potret Corey Comperatore (Foto : Facebook/Ken Blackwell)

Kejadian itu tentu menjadi duka mendalam bagi keluarga Comperatore. Terutama anaknya, Allyson yang belum lama ini mengunggah kesedihannya lewat postingan di Facebook.

Corey Comperatore, dibunuh oleh pembunuh bayaran saat insiden penembakan Donald Trump. Dia mengorbankan diri dengan melemparkan tubuhnya sendiri ke tubuh istri dan putrinya untuk melindungi mereka dari sasaran peluru.

| Baca Juga : Penembak Donald Trump Tewas, Identitasnya Terungkap

Allyson mengatakan tanggal 13 Juli akan menjadi hari yang mengubah hidupnya. Ayahnya meninggal sebagai pahlawan super dalam kehidupan nyata baginya.

“Ada banyak anak di luar sana yang mengatakan, ayah mereka adalah pahlawan mereka. Tetapi ayah saya adalah pahlawan saya. Saya rasa tidak akan bisa hidup tanpanya,” tulisnya.

“Ayah, aku sangat mencintaimu sehingga tidak ada cukup kata untuk mengungkapkan betapa dalamnya cinta ini. Aku tahu Tuhan bangga dan akan memberikan surga untukmu.”

Dilansir dari AFP, Comperatore dilaporkan tewas akibat kepalanya tertembus peluru.

“Saya mendengar beberapa kali suara tembakan. Pria di samping saya terkena tembakan di kepala, langsung terbunuh (dan) terjatuh ke dasar bangku penonton. Wanita lain sepertinya tertembak di lengan atau tangan,” kata pengunjung yang mengaku bernama Joseph, menggambarkan kejadian.

Potret Corey Comperatore (Foto : Facebook/Ken Blackwell)

Potret Corey Comperatore (kiri) semasa hidup. (Foto : Facebook/Ken Blackwell)

Sementara itu, Federal Bureau of Investigation (FBI) mengungkap identitas pelaku dalam insiden penembakan Donald Trump saat kampanye. 

| Baca Juga : Donald Trump Ditembak saat Kampanye, Alami Pendarahan di Telinga 

 “FBI telah mengidentifikasi Thomas Matthew Crooks, 20, dari Bethel Park, Pennsylvania, sebagai subjek yang terlibat dalam upaya pembunuhan mantan Presiden Donald Trump pada 13 Juli, di Butler, Pennsylvania,” demikian rilis resmi FBI, dikutip CNN.

Lokasi Matthew juga terungkap berjarak 150 meter dari lokasi Trump berkampanye. Pelaku menembak dengan senapan dari atas gedung.

“Mantan Presiden Donald Trump berada sekitar 400 hingga 500 kaki (120 hingga 150 meter) dari terduga pelaku saat penembakan terjadi di kampanyenya di Butler, Pennsylvania,” tulis CNN, Minggu (14/07).

Peristiwa penembakan Donald Trump (Foto : New York Post)

Peristiwa penembakan Donald Trump (Foto : New York Post)

Agen khusus FBI, Kevin Rojek yang bertanggung jawab di kantor Pittsburgh, Ameria Serikat tidak menyangka pelaku bisa menembak dari jarak jauh.

Kevin belum dapat memberi keterangan mengenai penembakan Trump. Dia mengaku masih harus melakukan investigasi resmi bahkan hingga beberapa bulan untuk mengambil kesimpulan.

“Kami masih bekerja melalui aparat keamanan yang dimiliki Dinas Rahasia, apa yang mungkin terjadi,” ujar Kevin. 

Crooks dilaporkan tewas usai ditembak Secret Service beberapa detik setelah melepaskan tembakan ke arah Trump. FBI mengatakan, Crooks tidak membawa identitas sehingga memaksa penyelidik menggunakan DNA Crooks untuk mengidentifikasi.

Dilansir dari AP News, Crooks diketahui berasal dari Bethel Park Pennsylvania, yang berjarak sekitar 70 km dari lokasi penembakan. 

| Baca Juga : Donald Trump Divonis Bersalah Atas Kasus Suap

Pelaku penembakan merupakan lulusan sekolah menengah atas Bethel Park. Dia disebut unggul dalam bidang matematika dan sains, meski memiliki sifat pendiam. Usai lulus, Crooks bekerja sebagai asisten ahli gizi di dapur panti jompo setempat dekat rumahnya.

Belum jelas motif Crooks melakukan hal tersebut. FBI juga masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui alasan di balik aksi Crooks sebelum pemilu.

Para pejabat mengatakan, Crooks tidak memiliki riwayat interaksi dengan penegak hukum maupun penyakit mental. Pihak terkait juga belum menemukan ancaman yang pernah Crooks lakukan.

Catatan pemilu menunjukan, Crooks terdaftar sebagai Republikan atau simpatisan Partai Republik yang mendukung Donald Trump. Tapi, dia diketahui pernah menyumbangkan uang kepada kelompok kampanye liberal dari Partai Demokrat.

Pemilihan presiden tahun ini seharusnya menjadi pilpres pertama Crooks karena sudah cukup umur. Diberitakan CNN, sang ayah, Matthew Crooks mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi terkait anaknya. 

Dia tidak akan berbicara tentang Crooks sampai bertemu dengan penegak hukum. Polisi telah memasang blokade di sekitar rumah Crooks untuk mencegah lalu lintas selama penyelidikan. Polisi juga meminta keluarga, sekolah, dan tempat kerjanya bekerja sama.

Sementara itu, mantan teman sekelasnya menggambarkan Crooks sebagai sosok yang baik, sopan, dan pintar. Karena tidak memiliki petunjuk tentang motif penembakan, penyelidik akan melakukan pemeriksaan lebih ketat. (*)

Tags:

Leave a Reply