Kampanye siaran melalui pengeras suara raksasa terus dilakukan Korea Selatan (Korsel) di perbatasannya dengan Korea Utara (Korut). Kedua negara yang saling bersaing ini belum pernah melakukan negosiasi yang berarti selama bertahun-tahun. Sedangkan taktik perang dingin yang dipandang aneh ini terus berlanjut hari demi hari.
Sebelumnya, Korut telah meluncurkan ratusan balon yang membawa sampah dan kotoran ke arah Korsel sejak akhir bulan Mei. Sebagai tanggapan, Korsel melanjutkan kampanye mereka yang dikenal sebagai siaran propaganda.
Pada tanggal 9 Juni, Korsel mengerahkan kembali pengeras suara besar-besaran di sepanjang perbatasan dengan Korut untuk menyiarkan propaganda anti-Korut. Siaran propaganda itu disebut memainkan lagu-lagu sukses BTS, seperti Butter dan Dynamite.
| Baca Juga: Langgar Perbatasan, Korsel Beri Tembakan Peringatan ke Korut
Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong, segera menanggapi kampanye propaganda tersebut. Ia mengatakan bahwa hal itu berpotensi mengarah pada krisis konfrontasi.
“Ini adalah awal dari situasi yang sangat berbahaya,” kata Kim Yo Jong.
Profesor Leif-Eric Easley dari Universitas Ewha di Seoul mengatakan kepada ABC News, bahwa kedua Korea saat ini berusaha untuk memberikan tekanan dan menghalangi satu sama lain dengan tindakan politik yang simbolis.
Easley menyatakan ketegangan di perbatasan berisiko meningkat menjadi perang yang tidak disengaja karena tidak ada pihak yang mau dianggap menyerah. Sedangkan bagi Korea Selatan, keputusannya untuk mengerahkan kembali pengeras suara raksasa pada hari Minggu dapat diartikan sebagai kembalinya siaran propaganda anti-Pyongyang.
| Baca Juga: Korsel Pasang Pengeras Suara, Imbas Kiriman Balon Sampah Korut
Bersamaan dengan lagu-lagu BTS, mereka dilaporkan menyiarkan berita tentang Samsung, perusahaan terbesar Korea Selatan, dan prediksi cuaca. Hingga siaran yang mengkritik program rudal Korut dan sensor yang mereka lakukan terhadap media luar.
Acara tersebut, menurut Washington Times, berlangsung di lingkungan Buahm Dong yang indah di Seoul, yang dikelilingi oleh pegunungan.
Kurang dari satu mil yang memisahkan Buam Dong dari Gwanghwamun, merupakan pusat kota Seoul yang sibuk dan lokasi Kedutaan Besar AS dan Kementerian Luar Negeri. Sementara itu, sebanyak 330 balon diklaim telah diluncurkan oleh Korut pekan lalu, namun hanya 80 yang dilaporkan mendarat di Korsel karena terjadi perubahan pola angin.
Pengiriman balon sampah tersebut, merupakan reaksi Korut terhadap balon yang dikirim oleh aktivis Korsel dan pembelot Korut di Korsel.
Untuk menarik warga Korut agar mengambilnya, balon-balon tersebut diisi dengan propaganda anti-rezim dan drive USB berisi lagu-lagu K-pop, tisu toilet bekas, K-drama, dan terkadang mata uang AS.
Meskipun balon Korsel diduga diluncurkan oleh entitas sektor swasta dan bukan pemerintah, Seoul secara resmi memasuki arena pembalasan minggu ini melalui kampanye pengeras suaranya.
| Baca Juga: Korut Kembali Mengirim Ratusan Balon Sampah ke Korsel
Harian utama Chosun Ilbo mengatakan bahwa siaran militer, yang dikenal sebagai Voice of Freedom, dibuka dengan lagu kebangsaan Korea Selatan dan klarifikasi mengapa Seoul melanjutkan operasi propagandanya.
Perjanjian Militer Komprehensif (CMA), sebuah mekanisme bilateral untuk mengurangi ketegangan, ditandatangani pada tahun 2018 di tengah meredanya ketegangan lintas batas dan pemerintahan yang pro-keterlibatan di Seoul.
Kedua belah pihak saling menuduh satu sama lain telah melanggar pedoman CMA, hingga akhirnya Dewan Keamanan Nasional Seoul mengumumkan penangguhan resmi perjanjian tersebut. (*)
Tags:Balon Sampah Korsel Lagu Kpop Perang Dingin Korea Perang Dingin Korsel Korut