By: Azharul Hakim
13 November 2025

“Stres meningkatkan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus itulah yang memicu timbulnya aneurisma. Apakah ada hal lain terkait stres, yang memicu timbulnya aneurisma, belum tahu. Hingga kini belum diketahui secara pasti, apa saja pemicu aneurisma,” lanjut Ketua Umum PERSPEBSI (Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia) dan YKI (Yayasan Kanker Indonesia) cabang utama Jatim itu.

Gaya Hidup Buruk

“Gaya hidup yang buruk juga memicu aneurisma. Mengabaikan lelah, sering kurang tidur, banyak mengonsumsi makanan instan, siap jadi, berpengawet, karbo proses, yang manis-manis, alkohol. Merokok, apa pun rokoknya. Tembakau, elektrik, vape, sama bahayanya. Pola tidur yang buruk juga berpengaruh,” tambah dr Iwan yang pernah bertugas belajar di dua rumah sakit di Tokyo, Beijing dan Bundang (Korsel).

Selain itu, lanjut ahli bedah otak kelahiran Solo tahun 1980 itu, “Terlalu berambisi dan terburu-buru dalam ‘mengejar’ sesuatu, tidak hanya mendorong timbulnya aneurisma. Tapi lebih parah dari itu: Bisa bikin aneurisma pecah.

“Bagi penderita aneurisma atau yang punya faktor-faktor resiko, juga harus memperhatikan aktifitas sek*ualnya. Karena s*ks juga bisa bikin aneurisma pecah,” Joni yang ketua PERSI (Persatuan Rumah Sakit se Indonesia) itu.

Alat Tercanggih

Kini RSUD dr Soetomo Surabaya sudah memiliki alat deteksi dan penanganan aneurisma yang tercanggih saat ini. Rumah sakit-rumah sakit terkenal di negara maju juga menggunakan alat tersebut. Namanya Neurointerventional Biplane Angiography Bi-Plane.

| Baca Juga : Cara Sydney Sweeney Turunkan Berat Badan 13 kg dalam Dua Bulan

Dengan alat yang menyerupai CT Scan, yang ke dua ujung ‘lengan’nya dilengkapi kamera, dokter spesialis bedah syaraf bisa mendeteksi kelainan pembuluh darah yang sekecil apa pun. Di mana pun posisinya di otak dan sumsum tulang belakang. Istimewanya, alat tersebut menghasilkan gambar tiga dimensi. Sehingga dokter bisa melihat ‘realita’ dari kelainan itu, tanpa perlu membuka kepala.

Hebatnya lagi, alat tersebut tak hanya bisa mendeteksi. Tetapi juga berguna untuk memandu penanganannya. Baik untuk aneurisma, DSA untuk pembuluh darah yang buntu dan kelainan pembuluh darah otak lainnya seperti AVM. Kelainan bawaan, di mana arteri dan vena (pembuluh yang mengantar darah balik ke jantung) saling terhubung secara tidak normal dan langsung.

“Dengan alat ini, deteksi dan penanganannya bisa sekali jalan. Sehingga resiko pada penderita bisa diminimalkan,” jelas dr Iwan tentang alat pemberian Kementrian Kesehatan itu.

“Ini rumah sakit yang pertama dapat alat itu,” tambah dr Joni, bangga.

Tags:

Leave a Reply