By: Naomi Nilawati
5 November 2019

Di sisi lain, meski tenun sedang digandrungi, sayangnya penenun Indonesia masih jauh dari kata sejahtera.

“Kondisi penenun daerah sangat memprihatinkan. Karena itu tujuan Dian Oerip sejak awal untuk membantu penenun daerah. Kita juga turut menyelami kehidupan mereka,” jelas Dian.

Ditegaskan Dian, kondisi produksi kain tenun perlu dorongan seperti dari Komunitas PPBI.

“Dengan kegiatan ini kita bisa menanamkan kecintaan kita sebagai bangsa Indonesia, cinta akan kain, dan penenun pun tetap bisa hidup,” kata Dian.

Baca juga: Para Milenial Dibuat Baper Saat Belajar Mix & Match Kain Indonesia

Dian pun ingin masyarakat dapat berkarya menggunakan kain tradisional Indonesia. Untuk melestarikan tenun Indonesia, Dian Oerip juga tak lagi menggunakan panggung megah untuk peragaan busana, melainkan memanfaatkan alam terbuka yang berdekatan dengan para penenun kain.

“Tujuannya untuk menanamkan anak-anak para penenun itu supaya mencintai tenunan ibu mereka. Itu penting untuk melestarikan tenun Indonesia,” tutur Dian.

Upaya lain yang dilakukan adalah gerakan minim potong kain. Saat membuat kain tenun menjadi baju, ia meminimalisasi potongan kain agar tidak banyak yang terbuang.

“Butuh waktu berbulan-bulan untuk membuat kain tenun. Kami menghormati para penenun dengan tidak banyak membuat potongan. Sehingga semua desain kami besar-besar dan bergaya bohemian. Sisa potongan kainnya juga masih dimanfaatkan jadi aksesoris anting-anting, kalung, pouch. Jadi zero waste,” ujar Dian.

Dian Oerip telah mengharumkan nama Indonesia lewat desain kain batik, tenun, songket, sarung serta busana nusantara sebagai kekayaan budaya. Karyanya sudah dikenal hingga ke mancanegara seperti Austria, Belanda, Yunani, Jerman, Amerika Serikat dan Afrika. (*)

Tags:

Leave a Reply