Next GENEROUSion Festival baru saja digelar oleh Filantropi Indonesia di Epicentrum Walk, Jakarta, 2-3 November kemarin. Pada kesempatan itu, sejumlah elemen turut berpartisipasi. Di antaranya, desainer Merdi Sihombing (CEO Eco Fashion Indonesia), Romy Mariani Eddy B (Ketua Dekranasda Kabupaten Dairi Pakpak), Nazir Foead (Kepala Badan Restorasi Gambut), Randi Swandaru (Kepala Divisi Pendayagunaan BAZNAS) dan Advina Ratnaningsih (model senior).

Merdi menjelaskan bahwa produk fashion ramah lingkungan atau sering disebut dengan istilah Eco Fashion, Green Fashion, atau Sustainable Fashion jadi perhatian anak muda di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

“Produk fashion dengan pewarna alam misalnya, mulai banyak dipakai oleh anak-anak muda. Mereka juga suka membeli produk lokal, made in Indonesia. Artinya, dengan membeli produk lokal, kita akan memangkas jejak karbon cukup besar. Membeli produk dalam negeri, juga berdampak positif membantu meningkatkan perekonomian para perajin Indonesia,” ungkap Merdi.

Baca juga: Kekuatan Perempuan Indonesia Jadi Inspirasi Karya Barli Asmara

Oleh karena itu, melalui  festival tersebut, Merdi mengajak remaja yang ada di Indonesia untuk mencintai lingkungan. Salah satu bentuknya adalah mereka harus paham bahan baku baju yang mereka pakai. Mereka harus tahu juga seberapa banyak pakaian yang mereka pakai itu dapat menghidupi para pengrajin. 

“Kebanyakan para pengrajin melupakan pewarna alam. Makanya, pada kesempatan ini,  kami juga mengedukasi bagaimana memakai tumbuhan di sekitar mereka, seperti semak belukar untuk bisa menghasilkan warna hijau,” papar Merdi.

next-generoation
Foto: Istimewa

Sementara itu dikatakan Romy M Eddy, pihak mereka sudah mulai melakukan pembinaan kepada ibu-ibu penenun ulos, sejak dua bulan lalu .

“Saat ini, baru ada 25 penenun yang sudah kami latih dan bina terkait skill mereka untuk menghasilkan tenun yang dikombinasikan dengan motif ulos. Kami memadukan empat motif ulos, yaitu PakPak, Simalungun, Karo, dan Toba, untuk menjadi aneka fashion seperti baju, scarf, dan aksesoris lainnya,” kata Romy. 

Baca juga: Eloknya 9 Busana Paula Verhoeven di Upacara 7 Bulan Kehamilannya

Tak hanya itu, tim Dekranasda Kabupaten Dairi juga melatih para penenun untuk menggunakan pewarna alam, seperti kunyit dan tumbuh-tumbuhan. Tak lupa mereka juga mengedukasi penenun dalam menetapkan harga, hingga membantu mereka memasarkan produk tenun.

“Dengan demikian, penghasilan mereka meningkat. Ke depan, kami berharap akan ada 200 penenun yang akan bergabung,” harap Romy, yang menyebutkan bahwa selain tenun, Dekranasda juga membina ibu-ibu untuk menghasilkan produk cokelat, kopi, keripik, hingga pia khas Kabupaten Dairi.

Dikatakan Romy, Desember 2019 mendatang, produk tenun Silahi asal Kabupaten Dairi akan hadir di Sarinah, Jakarta.

“Bahkan, kami akan menghadirkan pop-up store di sana. Sebelumnya, tenun Silahi ini sudah kami perkenalkan di Belgia pada Oktober 2019 di ajang Eco Fashion Week,” ujar 

romy-m-eddy-1
Romy M Eddy. Foto: Istimewa

Motif koleksi Silahi terinspirasi dari kain warisan budaya marga Silalahi di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi Sumatra Utara.

“Dan yang paling penting dari program pengembangan ulos Silahisabungan ini adalah gerakan ‘women empowerment’. Yang membawa manfaat penting untuk membina perempuan agar mandiri secara ekonomi. Mengingat bahwa mereka juga punya kapasitas untuk berperan dalam memberikan manfaat ekonomi, baik bagi keluarga maupun sosial,”kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Dairi itu.

Merdi Sihombing mengatakan bahwa koleksi Silahi yang telah ditampilkan di Belgia ini memiliki potensi untuk mendunia. Terlebih kain ini diproses menggunakan pewarna alam yang ramah lingkungan, tetapi juga dikerjakan oleh para penenun perempuan.

“Perempuan dan ibu rumah tangga berperan paling besar dalam benteng pertahanan kebudayaan Indonesia. Profesi penenun atau penganyam, dua hal yang sangat membutuhkan ketekunan dan ketelitian, dijalani sebagian besar oleh perempuan dan ibu rumah tangga di seluruh Indonesia, sebagai sumber mata pencaharian utama maupun tambahan untuk keluarganya,” jelas Merdi.

Ia menambahkan, “Perempuan dilahirkan dengan kelebihan untuk menjadi jauh lebih sabar dan teliti dibandingkan pria. Serta kemampuan untuk melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan atau multitasking, semua hal tersebut sangat dibutuhkan oleh seorang penenun dan penganyam.”  

Romy mengatakan, sejak diadakannya program tersebut, penenun yang berasal dari daerahnya mengalami peningkatan dari segi ekonomi.

“Secara ekonomi awalnya penenun Kabupaten Diari khususnya tidak berkembang. Dikarenakan ulos ini dipakai untuk acara adat tertentu, mereka hanya membuat untuk kalangan keluarga saja. Padahal produk yang mereka buat itu sangat bernilai,” ungkap Romy.

Baca juga: Eksotika Batik Madura Jadi Primadona di Acara Wastra Nusantara

Melihat adanya peluang bisnis yang menjanjikan inilah, Romy ingin memajukan perekonomian khususnya bagi penenun.

“Setelah adanya pembekalan yang bekerjasama dengan Merdi Sihombing inilah, penenun di daerah kami mendapat pencerahan. Baik dari segi desain maupun bagaimana cara memasarkannya,” jelas Romy.

Romy pun berharap dengan kemajuan para penenun di daerahnya membuka hati CSR perusahaan di Indonesia, sehingga mau bekerjasama.

“Dibutuhkan CSR yang mau mendukung penenun daerah kami. Sekaligus melestarikan juga membangun regenerasi muda agar warisan nenek moyang kami tidak lenyap oleh budaya dari luar,” harapnya.

romy-m-eddy
Foto: Istimewa

Istri dari Bupati Kabupaten Dairi tersebut mengaku kain ulos yang dibawanya itu diwarnai dengan pewarna alami. Ia menggabungkan kunyit dan jeruk purut untuk membuat warna kuning yang tidak terlalu mencolok. Begitu juga untuk mendapatkan warna gelap, bisa didapat dari dedaunan.

“Kemudian kita pakai daun-daunan sekitar Silalahi, kalau mau hitam pakai daun ketapang, kalau biru pakai tayub, jadi pakai pewarna alam,” ujarnya.

Ia mengatakan pembuatan ulos eco fashion jauh lebih cepat dibanding ulos biasanya. Untuk sebuah ulos eco fashion hanya membutuhkan waktu dua hari.

“Kita mulai mengarah ke eco fashion dan ramah lingkungan, jadi lebih manusiawi lah. Karena kalau saya lihat pewarna ulos itu bisa mencemarkan air di sekitar kita,” katanya.

Eco fashion atau fashion yang ramah lingkungan dirasa sangat cocok dengan anak milenial sekarang yang senang berkreasi di bidang tersebut. (*)

Tags:

Leave a Reply