Motif koleksi Silahi terinspirasi dari kain warisan budaya marga Silalahi di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi Sumatra Utara.
“Dan yang paling penting dari program pengembangan ulos Silahisabungan ini adalah gerakan ‘women empowerment’. Yang membawa manfaat penting untuk membina perempuan agar mandiri secara ekonomi. Mengingat bahwa mereka juga punya kapasitas untuk berperan dalam memberikan manfaat ekonomi, baik bagi keluarga maupun sosial,”kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Dairi itu.
Merdi Sihombing mengatakan bahwa koleksi Silahi yang telah ditampilkan di Belgia ini memiliki potensi untuk mendunia. Terlebih kain ini diproses menggunakan pewarna alam yang ramah lingkungan, tetapi juga dikerjakan oleh para penenun perempuan.
“Perempuan dan ibu rumah tangga berperan paling besar dalam benteng pertahanan kebudayaan Indonesia. Profesi penenun atau penganyam, dua hal yang sangat membutuhkan ketekunan dan ketelitian, dijalani sebagian besar oleh perempuan dan ibu rumah tangga di seluruh Indonesia, sebagai sumber mata pencaharian utama maupun tambahan untuk keluarganya,” jelas Merdi.
Ia menambahkan, “Perempuan dilahirkan dengan kelebihan untuk menjadi jauh lebih sabar dan teliti dibandingkan pria. Serta kemampuan untuk melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan atau multitasking, semua hal tersebut sangat dibutuhkan oleh seorang penenun dan penganyam.”
Romy mengatakan, sejak diadakannya program tersebut, penenun yang berasal dari daerahnya mengalami peningkatan dari segi ekonomi.
“Secara ekonomi awalnya penenun Kabupaten Diari khususnya tidak berkembang. Dikarenakan ulos ini dipakai untuk acara adat tertentu, mereka hanya membuat untuk kalangan keluarga saja. Padahal produk yang mereka buat itu sangat bernilai,” ungkap Romy.
Baca juga: Eksotika Batik Madura Jadi Primadona di Acara Wastra Nusantara
Melihat adanya peluang bisnis yang menjanjikan inilah, Romy ingin memajukan perekonomian khususnya bagi penenun.
“Setelah adanya pembekalan yang bekerjasama dengan Merdi Sihombing inilah, penenun di daerah kami mendapat pencerahan. Baik dari segi desain maupun bagaimana cara memasarkannya,” jelas Romy.
Romy pun berharap dengan kemajuan para penenun di daerahnya membuka hati CSR perusahaan di Indonesia, sehingga mau bekerjasama.
“Dibutuhkan CSR yang mau mendukung penenun daerah kami. Sekaligus melestarikan juga membangun regenerasi muda agar warisan nenek moyang kami tidak lenyap oleh budaya dari luar,” harapnya.
Tags:Eco Fashion