By: Naomi Nilawati
10 October 2024

Data kasus kanker payudara cukup banyak. Setiap tahunnya terdapat 2,3 juta kasus baru dan angka kematiannya menduduki nomor empat di dunia.

“Sama seperti di luar negeri, di Indonesia kasusnya juga cukup tinggi. Di Indonesia kasusnya 5.000 kasus baru setiap tahun. Dan angka kematiannya nomor dua. Karena di Indonesia wanita datang ke rumah sakit dengan stadium yang sudah lanjut, stadium 3 dan stadium 4,” ujar dr. Iskandar, Sp.B. Subsp. Onk(K), MPH.

Menurut data Global Cancer Observatory, bila dibandingkan dengan tren di tahun-tahun sebelumnya, angka kasus kanker payudara tidak mengalami penurunan yang signifikan.

Jika tidak ditangani dengan serius, maka akan berpotensi mengalami kenaikan terus menerus ke depannya. Kanker tersebut tidak hanya menyerang usia 50 tahun ke atas, tapi sudah merambah ke anak-anak gen Z.

“Data di RS Dharmais, Jakarta, usia paling banyak adalah 40 tahun sampai 50 tshun. Jadi memang trennya semakin lama semakin muda. Saya ada pasien usia 17 tahun sudah kena kanker payudara. Kakau dilihat riwayatnya, orangtuanya kena kanker payudara. Makanya sekarang kita sibuk penyuluhan untuk usia muda. Karena memang datanya sekarang ini semakin banyak yang terkena (kanker pwyudata) di usia muda,” ungkap Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi yang berpraktek di RS Dharmais, Jakarta itu.

| Baca Juga: Tiga Penyebab Utama Kanker Paru-Paru pada Kalangan Bukan Perokok

Menurut Iskandar, di Indonesia mayoritas yang datang ke rumahsakit sudah di stadium 3 atau 4. Hal itu terjadi karena adanya rasa takut, rasa tidak perduli terhadap diri sendiri.

“Karena wanita itu umumnya kalau enggak sakit, enggak datang ke rumah sakit. Ketika dia sakit, ketika ada masalah baru datang ke rumah sakit,” tandasnya.

Iskandar mengatakan, deteksi dini dan edukasi seputar kanker payudara harus diberikan sedini mungkin guna meningkatkan harapan hidup.

“Untuk stadium awal, semakin cepat datang (memeriksakan diri) ke rumah sakit, semakin bagus untuk kelangsungan hidupnya,” tegas Iskandar saat diskusi tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, Uni-Charm Pink Ribbon 2024 di Balai Komando, Cijantung Jakarta, beberapa waktu lalu.

Periksa Payudara Sendiri (SADARI) penting dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. (Foto: Naomi/Nyata)

Periksa Payudara Sendiri (SADARI) penting dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. (Foto: Naomi/Nyata)

Dikatakan Iskandar, kanker payudara adalah sel yang berasal dari diri sendiri, yang berubah sifatnya dan tidak terkontrol pertumbuhannya, serta bisa menyebar ke bagian tubuh lain.

“Sel kanker payudara paling sering menyebar ke paru-paru, hati, tulang, dan otak. Pasien paling sering datang ke rumah sakit saat sel kankernya sudah menyebar. Kadang pasien datang ke rumah sakit sudah sesak napasnya, pas diperiksa ternyata payudaranya yang bermasalah,” katanya.

| Baca Juga: Pentingnya Jaga Kesehatan Mental Penderita Kanker Payudara

Iskandar mengungkapkan cukup banyak faktor penyebab kanker payudara. Seperti faktor genetik, pola hidup, hormon, makanan, dan radiasi.

“Tetapi kalau dilihat secara statistik, faktor risiko yang paling besar pengaruhnya, yang pertama, keluarga. Kalau orang tuanya positif kanker payudara, maka si anak kemungkinan risikonya empat kali lipat,” jelas Iskandar.

“Yang kedua, adalah hormonal. Misalnya orang tua dulu suka pakai pil KB, obat-obat kesuburan. Itu punya risiko juga. Dan dia enggak pernah hamil, usia saat menstruasi pertamanya lebih cepat dan menopausenya lebih lambat, itu punya risiko lebih besar kena kanker payudara,” lanjutnya.

Lantas bila dulu pernah ada tumor di payudara, apakah punya risiko lagi untuk terjadi kanker payudara? Ia menjawab, “Pada anak-anak SMP dan SMA yang paling sering benjolan itu adalah tumor jinak berupa fibroadenoma mammae. Apakah dia punya resiko jadi kanker? Kecil kemungkinannya, bahkan bisa dibilang tidak ada resiko. Cuma ada beberapa remaja yang dioprasi dan diambil benjolannya itu, punya sel yang namanya hyperplasia ( Sel abnormal membelah dan berkembang biak lebih cepat dari biasanya) atau atypia (Sel yang sedikit abnormal), itu punya resiko kedepannya berubah jadi kanker.”

Lakukan SADARI

Menurut Iskandar, untuk menghindari agar orang-orang yang datang ke rumah sakit tidak dalam stadium lanjut, maka perlu dilakukan deteksi dini kanker payudara.

“Karena umumnya kanker payudara benjolannya tidak terasa sakit. Hingga sering diabaikan keberadaannya. Kalau mulai nyeri dan mulai berdarah, baru datang ke rumah sakit. Itu punya risiko lebih besar,” katanya.

| Baca Juga: Perlu Dihindari, Makanan Minuman Ini Pemicu Kanker Usus Besar

Iskandar mengungkapkan bahwa ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara, yaitu Periksa Payudara Srndiri (SADARI), Periksa Payudara secara Klinis (SADANIS), Mamografi biasanya untuk wanita di atas usia 40 tahun.

Dikatakan Iskandar, saat yang paling bagus untuk melakukan SADARI itu 7 sampai 10 hari setelah menstruasi hari pertama.

“Karena saat itulah payudara mulai normal. Jangan diperiksa saat akan menstruasi, saat itu payudara nggak normal. Pada wanita biasanya kalau mau mens payudaranya kencang dan sakit. Jadi itu kurang nyaman. Tapi 7 – 10 hari setelah mendtruasi hari pertama, payudara mulai kembali normal, karena hormonnya mulai turun,” jelasnya.

Dan SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan. “Anjurannya memang dilakukan setelah usia 20 tahun. Tapi di Indonesia karena kasusnya sudah ada yang terdeteksi kanker payudara di usia 17 tahun, maka kita anjurkan mulai dari mens pertama lakukanlah SADARI. Jadi semakin cepat wanita itu dapat menstruasi, maka mulai saat itu dilakukan. Deteksi dini itu cukup penting, sehingga pengobatan medis yang tepat bisa dilakukan lebih cepat,” tegasnya.

Iskandar mengingatkan, saat akan melakukan SADARI, setiap wanita harus mengetahui dulu posisi anatomi payudara. Supaya kita tahu dimana posisi mulai pemeriksaannya.

Untuk payudara, posisinya adalah dua jari di atas tulang clavicula (tulang selangka). Disitulah batas paling atasnya untuk diperiksa.

Sedangkan garis tengahnya 1 jari saja atau 2 cm dari garis tengah ruas dada. Batas bawahnya adalah pas di garis lingkar kulit bawah payudara. Batas terluar adalah garis tengah ketiak ke arah bawah.

“Jadi di situlah yang harus diperiksa semua. Jadi dari atas ke bawah, boleh keliling,” paparnya.

| Baca Juga: Bahaya Duduk Terlalu Lama, Pekerja Kantoran Wajib Tahu

Pemeriksaan SADARI paling bagus dilakukan saat sedang mandi. “Karena saat pemeriksaan payudara usahakan dibantu dengan air atau sabun atau jely, supaya lebih licin. Kalau daerah yang akan diperiksa kering atau agak kesat, apalagi kalau belum terbiasa, maka tidak akan teraba benjolannya,” tandasnya.

Iskandar mengingatkan, jika ditemukan ada kelainan, benjolan di payudara dan keras seperti batu, harus hati-hati.

“Kalau tumor jinak itu benjolannya lembek. Biasanya Pinggirannya seperti kita pegang guling ataupun telor, rata. Tapi kalau kanker, pinggirannya enggak jelas. Makanya untuk provider gambarnya kepiting, karena enggak jelas batasnya dan kakinya juga enggak jelas. Dan biasanya dia tidak sakit. Itu yang jadi problem,” ujarnya.

Tanda-tanda lainnya yang juga perlu dipehatikan, “kalau ada merah di payudaranya, atau ada lesung pipit tapi di payudara, warna kulitnya seperti kulit jeruk, kadang-kadang kuta tidak teraba benjolan, tapi ada keluar cairan berwarna merah dan putih. Untuk usia muda, cairan yang keluar itu berwrna putih atau seperti susu, itu normal, biasanya karena hormon. Tapi kalau sudah keluar darah, itu ada sesuatu di saluran susunya. Dan itu yang perlu kita khawatirkan. Atau putingnya tiba-tiba ketarik ke dalam. Maka mau enggak mau dia harus kontrol ke dokter atau rumah sakit.”

Kanker payudara memang banyak terjadi pada wanita, tapi tidak menutup kemungkinan untuk pria juga terkena kanker payudara.

“(Kanker payudara pada pria) Angka kejadiannya sangat jarang, hanya satu persen. Karena kanker payudara umumnya disebabkan oleh hormonal, yaitu hormon estrogen. Wanita hormon estrogennya tinggi. Pada laki-laki, hormon estrogennya cukup rendah. Itulah kenapa kasus kanker payudara paling sering terjadi pada wanita,” tuturnya. (*)

Tags:

Leave a Reply