Sebelum akhirnya evakuasi diakhiri karena semua korban sudah ditemukan, Maslukhah tak henti menatap layar monitor. Berharap update terbaru korban reruntuhan ada nama kerabatnya, Muhammad Aziz Pratama Yudistira.
Bagi wanita asal Bekasi itu, Aziz sudah dianggap anak sendiri. Sebenarnya santri dari Bekasi yang mondok di ponpes Al Khoziny ada tiga orang. Ainul Yaqin, putra Maslukhah, Muhammad Fatir Surya Akbar dan Aziz.
| Baca Juga : Fakta-fakta di Balik Runtuhnya Bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
”Dari lulus SD itu mereka memang masuk ke ponpes ini bareng-bareng. Aziz itu sudah saya anggap seperti anak sendiri. Bukan sekadar teman dari putra saya,” ungkapnya lirih.
Saat insiden itu terjadi, Ainul Yaqin pergi ke pasar untuk berbelanja Sementara Fatir tidak mengikuti salat berjamaah.
Kendati selamat, keduanya enggan pulang ke Bekasi sebelum jenazah Aziz ditemukan. ”Anak saya bilang nggak mau pulang kalau Aziz belum ketemu. Katanya dia mau bawa Aziz pulang bersama,” tuturnya.
Maslukhah sendiri baru menerima informasi musibah ambruknya musala di Ponpes Al Khoziny pada Senin (29/9) malam.
| Baca Juga : Fase Golden Time Segera Berakhir, Tangis Orangtua Santri Al Khoziny Pecah
”Saya dapat info dari anak saya, terus orangtua Aziz langsung berangkat ke Sidoarjo malam itu juga. Sedangkan saya baru besok paginya, naik bis dari Bekasi,” ujarnya.
Selama hampir tujuh hari tidur di posko, Maslukhah mengaku orangtua Aziz masih syok dan terpukul. Namun dia berusaha memberikan dukungan psikologis bagi keduanya.
”Saya juga merasa bersalah karena ketika mau pondok kesini itu kan juga karena saran saya. Jadi saya sangat sedih,” ungkapnya. (*)
Tags:Al Khoziny Ponpes Sidoarjo