By: Kurniawan
7 November 2025

NYATA MEDIA — Lahir di tahun 1997-2012, Gen Z dikenal sebagai generasi yang paling terhubung dengan dunia digital. Namun di balik kemudahan akses informasi dan kehidupan serba cepat, mereka justru menjadi kelompok yang paling rentan mengalami gangguan kesehatan mental, terutama anxiety atau kecemasan berlebih.

Fenomena ini kini menjadi perhatian serius, karena tingkat stres dan tekanan yang dialami Gen Z cenderung lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya.

Dalam laporan American Psychological Association (APA), disebutkan bahwa sekitar 90 persen Gen Z pernah merasakan gejala emosional atau fisik akibat stres, seperti sedih berlebihan, kehilangan motivasi, hingga burnout.

Tekanan sosial, ketidakpastian masa depan, serta ekspektasi yang tinggi terhadap diri sendiri menjadi kombinasi yang memicu munculnya kecemasan berlebih di kalangan anak muda ini.

| Baca Juga: 3 Olahraga di Rumah yang Efektif Menurunkan Berat Badan

Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga berdampak pada kualitas hidup, produktivitas, bahkan hubungan sosial mereka. Untuk memahami lebih dalam, berikut empat alasan utama mengapa Gen Z lebih rentan mengalami anxiety dibandingkan generasi lain.

1. Punya Pandangan Pesimis

Gen z cenderung melihat dunia sebagai tempat lebih berbahaya, dibandingkan dengan pandangan generasi sebelum yang cenderung lebih positif.

2. Terkena Paparan Media Sosial

Saat ini semakin banyak waktu anak muda bermain media sosial, semakin rendahnya kesehatan mental. Ini diakibatkan karena akses mudah terhadap konten di media sosial, memungkinkan individu terpapar.

Kehadiran selebgram sering kali menyebabkan perbandingan fisik dan sosial yang dapat meningkatkan perasaan rendah diri. Dampak negatif meliputi gangguan tidur, pelecehan online, gejalan stress.

| Baca Juga: Sudah Cerai 3 Tahun, Mantan Suami Clara Shinta Gugat Harta Gono-Gini

3. Jarang Bersosialisasi

Gen Z dapat menghabiskan waktunya selama kurang lebih 10 jam untuk menggunakan media sosial. Hal ini menyebabkan waktu yang lebih sedikit dalam berinteraksi sosial dengan orang lain.

Dengan hal ini meningkatkan rasa terisolasi dan kesepian di kalangan generasi z, akibatnya mereka lebih rentan terhadap Anxiety.

4. Ketakutan akan Masa Depan

Kemajuan AI yang mengancam pekerjaan tradisional dan kesulitan mendapat pekerjaan, menambahkan tekanan psikologis mereka yang baru memasuki dunia pekerjaan.

| Baca Juga: Alasan Nagita Slavina Jadi Executive Producer di Film Garapan Iko Uwais

Sebenarnya, gangguan kecemasan dapat diidap oleh semua kalangan umur, baik dewasa maupun anak-anak.

Gejala Anxiety ini dapat dilihat, berikut di antaranya:

  • Perasaan gelisah, tegang, atau mudah tersinggung
  • Sulit konsentrasi
  • Insomnia karena pikiran yang selalu gelisah
  • Kelalahan yang berlebihan, berkeringat berlebihan
  • Jantung terasa berdebar-debar
  • Sesak napas
  • Gemetar hebat

Adapun jenis–jenis gangguan kecemasan :

1. Panic Disorder

Jika orang yang mengalami gangguan ini sering kali mengalami serangan panik secara mendadak.

biasanya kondisi ini ditandai dengan ketakutan yang secara terus menerus, sesak napas, dan jantung berdetak cepat. Rasa takut ini biasanya tidak ada penyebab yang jelas.

| Baca Juga: Dijawab Langsung! Nomor Telepon Cha Eun Woo ASTRO Bocor

2. Post Traumatic Stress Disorder

Orang yang mengidap gangguan ini mengalami mimpi buruk, kecamasan yang berlebihan terkait dengan peristiwa tertentu.

3. Generalized Anxiety Disorder

Gangguan ini ditandai dengan kekhawatiran terhadap berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Mulai dari kesehatan, hubungan sosial, pekerjaan. Biasanya ditandai dengan rasa cemas yang berlangsung salama 6 bulan.

4. Specific Phobias

Fobia tersebut, ketakutan berlebihan terhadap benda, situasi tertentu yang sebenernya tidak mengancam. Misalnya, seseorang sangat takut terhadap ruang sempit, kegelapan, ataupun hewan tertentu.

| Baca Juga: Film Biopik Michael Jackson Dibintangi Jaafar, Keponakan Mendiang

5. Social Anxiety Disorder

Orang yang mengidap gangguan kecemasan sosial cenderung menghindari interaksi sosial karna timbulnya rasa takut dipermalukan.

Gangguan ini ditandai dengan rasa takut yang berlebihan terhadap penilaian pendapat negatif dari orang lain dalam situasi tertentu.

Gangguan ini terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa tramatis, seperti kecelakaan, bencana alam, atau kekerasan. (*Dea)

Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di InstagramTikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.

Tags:

Leave a Reply