By: Farah Yumna
2 November 2025

NYATA MEDIA — Penyebab dan kronologi ayah YouTuber Jerome Polin, Marojahan Sijabat, meninggal dunia akhirnya diungkap pihak keluarga.

Dalam ibadah penghiburan yang digelar di rumah duka Grand Heaven Surabaya pada Sabtu (1/11), istri mendiang, Chrissie Rahmeinsa, menceritakan detik-detik suaminya berpulang.

Dikisahkan oleh Chrissie, ia dan suami pergi ke Batu, Malang, pada Senin (27/10) lalu. Sang suami ada jadwal pelayanan retret bersama SMA Petra Surabaya.

Marojahan yang berprofesi sebagai pendeta dijadwalkan untuk melakukan pelayanan pada Senin (27/10) dan Rabu (29/10).

| Baca Juga : Kenangan Tak Terlupakan Jerome Polin Bersama Mendiang Ayah

“Karena waktunya berselang, Senin dan Rabu, maka Selasa (28/10) kami tetap stay untuk melanjutkan retret hari Rabu,” kisah Chrissie.

Namun pada Selasa sekitar pukul 7 malam, Marojahan mengeluhkan perutnya sakit seperti melilit. Sempat dikira masuk angin dan diolesi minyak kayu putih, namun sakitnya semakin parah.

“Terasa seperti orang mau ke belakang (toilet) tapi nggak bisa. Lalu dia mulai mengerang kesakitan. Saya panik. Ini pasti bukan sakit perut biasa, ayo kita ke rumah sakit,” sambungnya.

Hingga akhirnya Marojahan dilarikan ke IGD daerah Batu. Dokter menduga ada penyumbatan pada usus.

Sayangnya, hasil rontgen tidak bisa mengungkap secara detail apa penyebab penyumbatan tersebut. Rumah sakit tempatnya dirawat tidak tersedia fasilitas untuk ct scan.

| Baca Juga : Kondisi Ayah Kritis, Jerome Polin Tulis Pesan Penuh Harapan

Akhirnya, ayah Jerome Polin pun dirujuk ke National Hospital Surabaya. Setibanya di sana pada Rabu (29/10) sekitar pukul 5 sore, pendeta berdarah Batak itu langsung menjalani ct scan.

“Dan diketahui bahwa sumbatannya itu ternyata tersumbat oleh gumpalan darah yang bentuknya gel. Istilah kedokterannya itu clot namanya,” jelas Chrissie.

Marojahan dijadwalkan akan menjalani operasi pada Kamis (30/10). Ia sempat masuk ICU pada Rabu (29/10) malam untuk dimonitor keadaan jantung dan paru-parunya sebelum menjalani pembedahan.

Saat itu, kondisi Marojahan masih sadar. Masih bisa bercakap-cakap dengan istri dan putra sulungnya, Jehian. Meski sambil meringis menahan sakit.

“Kemudian sekitar jam 12 malam, perawat bilang sebentar lagi dokter jantung datang. Ibu mau tunggu nggak? Ini udah di area parkir,” tutur Chrissie.

| Baca Juga : Pesan Deddy Corbuzier untuk Onadio Leonardo yang Terjerat Narkoba

“Kami berdua pikir, mumpung ada dokter yang akan periksa kami akan pulang dulu sebentar untuk ambil pakaian ganti. Papah juga suruh kita pulang karena pakaian dia basah, terus kena muntah gitu kan,” sambungnya.

Namun baru tiba di rumah, Chrissie dan Jehian mendapat kabar buruk kalau Marojahan dalam kondisi kritis dan diminta segera kembali ke rumah sakit.

“Begitu masuk ruang ICU, kami langsung melihat suami saya udah di keliliingi banyak orang. Ada yang memompa hidung, menusuk-nusukkan segala macam untuk dipakai, segala alat bantu pernafasan itu,” kenangnya.

Penyebab kritis itu karena ditemukan ada clot lain pada pembuluh darah yang menuju paru-paru. Hal itu membuat paru-paru tidak bisa mendapatkan oksigen.

Kondisi Marojahan tidak kunjung membaik meski sudah diberi segaja jenis obat paling bagus. Jerome yang berada di luar kota pun segera kembali ke Surabaya.

| Baca Juga : Perjalanan Aurelie Moeremans Menyembuhkan Diri Lewat Buku ‘Broken Strings’

Sementara si bungsu, Jesferrel, belum dihubungi karena sedang berkuliah di China dan khawatir masih tidur.

Chrissie masih ingat betul saat mendampingi suaminya kritis. Ia sebenarnya sudah merasa kalau Marojahan akan segera pergi untuk selamanya, tapi masih belum bisa merelakannya.

Ia terus membisikkan di telinga suaminya, “papa bangun, sembuh, kami masih butuh papa.”

“Akhirnya setengah 3 sore, Jehian bilang, ‘mama harus relain papa. Kalau mama terus-terusan bilang seperti itu, papa seperti mau bertahan. Lihat ma, denyut jantung papa terus-terusan ada tapi nggak bisa memompa ke paru-paru. Papa menderita. Ayo ma, relain’,” katanya.

Saat itu lah, monitor alat kesehatan yang dipasang pada tubuh Marojahan menurun. Pendeta berusia 58 tahun itu dinyatakan meninggal dunia pada Kamis (30/10).

Rencananya, jenazah Marojahan akan dikremasi pada esok hari, Senin (3/11). (*)

Tags:

Leave a Reply