By: Padnya
19 November 2025

NYATA MEDIA — Surabaya Fashion Parade (SFP) kembali digelar pada 2025. Mengusung tema besar ‘Rebellion’, sebagai simbol keberanian kebebasan berekspresi, dan semangat untuk menantang batas-batas konvensional dunia mode, acara ini sukses digelar di Convention Hall, Tunjungan Plaza 3, Surabaya, pada 14-16 November lalu.

Tahun ini, SFP menampilkan busana eksklusif dari puluhan desainer Indonesia. Tidak hanya menampilkan tren dan estetika baru, tetapi juga menjadi wadah bagi para desainer untuk menyuarakan kepedulian terhadap sustainability.

Seperti apa koleksi yang dihadirkan? Berikut ulasannya:

1. Gaun Dewi Athena

(Foto: Dok. Pri)

(Foto: Dok. Pri)

Duo desainer mode ternama, Lisa Drupadi dan putrinya, Bianca Drupadi, kembali dengan koleksi couture eksklusif bertajuk Goddes of Chaos. Tema yang terinspirasi mitologi Yunani, merupakan interprestasi modern dari Dewi Athena, yang melambangkan kebijaksanaan, kekuatan dan perjuangan perempuan.

| Baca Juga: Potret Anggun Irish Bella Kenakan Busana Muslim Karya Desainer Madura

Sebanyak 11 karya ditampilkan, didominasi warna emas, hitam, dan merah yang memancarkan aura kemewahan, berani serta elegan. Beberapa model tampil dengan mahkota yang semakin menegaskan simbol kekuasaan dari seorang dewi.

Busana ini menggunakan material pilihan yakni suede dan velvet impor, dipadukan dengan cutting slimfit yang dirancang khusus untuk menonjolkan lekuk tubuh perempuan. Motif bordir bunga ditambahkan untuk menciptakan kesan glamour namun tetap eksklusif.

Seluruh koleksinya dikerjakan dengan teknik bordir dan payet. Untuk seluruh pengerjaannya membutuhkan waktu selama empat bulan.

2. Gaun Buah Tengkawang

(Foto: Ikhsan/Nyata)

(Foto: Ikhsan/Nyata)

Desainer senior Indonesia Fashion Chamber (IFC), Alben Ayub Andal menampilkan koleksi bridal terbarunya yang indah dan unik. Koleksi yang mengangkat tema Meranti Menanti ini terinspirasi dari pohon Meranti. Tanaman super kuat yang tumbuh di Kalimantan.

Tapi bukan pohon Meranti secara harfiah yang jadi ornamen utama, melainkan buahnya yakni buah Tengkawang. Lantas bagaimana buah Tengkawang ini diaplikasikan dalam busananya? ”Dari serat buah Tengkawang inilah akhirnya timbul ide. Kain diisi, diolah, dijahit, dan ditekuk akhirnya menghasilkan busana koleksi yang kami suguhkan,” ucap Alben kepada Nyata.

Menariknya, seluruh bentuk konstruksi dari gaun tersebut melibatkan tim riset dari mahasiswa dan siswa SMK se-Jawa Timur. Penggunaan kain lace khas busana pengantin tetap jadi pilihan utama.

”Kami meneliti dari awal, mulai dari pelapis dalamnya pakai segnet supaya kaku, terus diberi tulang-tulang di tengahnya, sampai diselipin kawat disisinya supaya bisa menyerupai daun bunga Tengkawang,” ungkapnya.

| Baca Juga: Review Film Wicked For Good: Puncak Persahabatan Glinda dan Elphaba 

Tak heran jika proses pembuatan setiap gaun membutuhkan waktu dan tenaga ekstra. “Kami harus berkali-kali membuat mockup, desain juga diulang. Kalau nggak maksimal, nanti hasilnya kurang bagus. Jadi memang harus matang banget,” pungkasnya.

3. Gaun Minimalis Matte

(Foto: Ikhsan/Nyata)

(Foto: Ikhsan/Nyata)

Desainer asal Surabaya, Megawa menghadirkan rangkaian gaun minimalis berpalet matte. Koleksinya terbarunya ini terbuat dari kain polyester yang dipadukan dengan tile bunga.

Tampilan dipermanis dengan perhiasan bernuansa silver, rose gold dan yellow gold memancarkan kemewahan modern.

”Konsep kali ini tidak bling-bling, seluruh gaun dibuat lebih ringan dan minimalis. Supaya orang-orang yang berat mengenakannya. Namun ditambah sentuhan perhiasan. Untuk menambah kesan elegan,” ucap Megawa.

| Baca Juga: Putus dari Antonio Blanco Jr, Zoe Abbas Diduga Pacaran dengan Rangga Azof

4. Gaun Jala

(Foto: Dok. Pri)

(Foto: Dok. Pri)

Desainer Delindah sukses mencuri perhatian dengan koleksi gaun pesta terbarunya yang mengangkat tema Tchaikovsky’s Swan Lake. Tema ini diinterpretasikan secara apik ke dalam gaun-gaun cantik bernuansa monokrom yang kaya makna.

Inspirasi ‘Danau Angsa’ diambil dari cerita pertengkaran antara angsa putih dan angsa hitam. Angsa putih melambangkan kesucian. Angsa hitam mewakili kejahatan. Kedua nuansa kontras ini menjadi fokus utama setiap rancangan delindah.

Gaun tersebut memperlihatkan keunikan bahan utama yang tak lazim, yaitu terbuat dari jala nilon. Setiap gaun membutuhkan 350 meter jala yang dirangkai manual. Dibutuhkan ketelitian dan sentuhan artistik yang tinggi.

Para model tampil begitu anggun, mengenakan busana yang diperkaya ornamen benang emas dan bahan metalik yang menjuntai bak tirai. Berhasil menciptakan nuansa mewah dan berkelas. (*)

Tags:

Leave a Reply