By: Yanuarika
22 May 2017

Yang semakin menyedihkan, sang maestro meninggal tepat setelah konser pengggalangan dana yang diselenggarakan untuknya. Sehari sebelum Leo meninggal, tepatnya Sabtu (20/5), LKers (Komunitas Pecinta Musik Konser Rakyat Leo Kristi) menggelar acara tersebut di Anjungan Sumatera Utara, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Konser yang bertajuk Fajar di Hatimu tersebut tidak hanya dihadiri oleh mereka yang menetap di Jakarta. LKers dari Bandung, Bali, hingga Pontianak pun turut serta.
Leo dikenal sebagai salah satu penyanyi legendaris Indonesia. Sejak 1978, Leo banyak melahirkan lagu balada yang membangkitkan nasionalisme. Sebut saja beberapa di antaranya, Nyanyian Fajar, Nyanyian Malam, Alam dari Desa, Catur Paramita, dan Tembang Lestari.

Bersama musisi Gombloh dan Franky Sahilatua, ia pernah membentuk grup musik beraliran rock progresif, bernama Lemon Trees. Tapi kemudian Leo keluar, memilih mengembara bersama musiknya. Semasa hidupnya, Leo dikenal sebagai musisi pengelana. Ia membentuk grup musik bernama Konser Rakyat Leo Kristi (KRLK), dengan basis penggemar yang menyebut diri LKers.
Di usia senjanya, Leo tetap mampu berkarya. Itu dibuktikan dengan dirilisnya sebuah album pada 2015, ketika usianya memasuki 65 tahun. Hitam Putih Orche, demikian judul album yang berisi sebelas lagu lama dan satu lagu baru itu. *noe/vin/ray
Tags:

Leave a Reply