By: Alva Reza
25 July 2024

“Sebuah aib bagi pemerintah Korea Selatan karena hal ini menunjukkan betapa rentannya mereka terhadap ‘terorisme lunak’, yang dapat meningkat,”  ujar Victor Cha, ketua peneliti Korea di CSIS.

| BACA JUGA : Langgar Perbatasan, Korsel Beri Tembakan Peringatan ke Korut

“Bayangkan jika balon-balon itu diisi dengan bubuk putih yang tidak diketahui identitasnya, bukan sampah?” sebut Victor Cha, dikutip dari Washington Post.

Sebagai balasan, Korsel kembali mengaktifkan siaran propaganda yang dilakukan militer di perbatasan sejak bulan lalu.

Siaran itu dilakukan menggunakan pengeras suara raksasa yang diarahkan ke Korut. Lewat siaran itu, Korsel menyetel lagu-lagu K-pop yang dilarang oleh pemerintahan Kim Jong Un.

Selain siaran propaganda, para aktivis Korsel dan pembelot Korut di Selatan juga sering melakukan operasi balon udara.

Balon-balon itu diisi dengan USB berisi lagu-lagu K-pop dan film maupun serial K-drama, yang peredarannya dilarang di Korut.

Victor Cha mengatakan, pemerintah Korsel terlihat tidak memiliki solusi yang bersifat mendamaikan. Namun sebaliknya malah semakin meningkatkan eskalasi lewat siaran propaganda di perbatasan.

| BACA JUGA : Korsel Lancarkan Propaganda ke Korut, Adik Kim Jong Un Peringatkan Balasan Baru

Meski begitu, perang dingin tersebut dinilai lebih merugikan bagi Korut. Sebab, mereka disebut lebih takut dengan serangan yang menggunakan produk budaya layaknya K-pop dan K-drama.

“(Korea Utara) lebih takut pada BTS daripada latihan militer AS-Korea Selatan atau senjata nuklir AS,” tutur Victor Cha. (*)

Tags:

Leave a Reply