H ampir semua orang di Indonesia tentu tahu lontong. Bentuk lain dari nasi, yang dikukus dalam daun pisang yang sudah dibentuk menjadi tabung. Rasanya khas, beda dari nasi biasa.

Lontong sangat pas dimakan sebagai teman opor atau sate. Lontong juga jadi hidangan. Seperti lontong sayur, lontong cap gomeh, kupang lontong, lontong balap dan sebagainya.

Sayangnya memasak lontong butuh kesabaran. Sebab proses perebusan atau pengukusannya yang lama. Sehingga banyak orang enggan melakukannya. Sementara kebutuhan akan lontong sangat tinggi. Karenanya lebih baik membeli lontong yang sudah jadi.

Dan di Surabaya ada kampung yang mayoritas warganya membuat lontong. Terletak di Jalan Banyu Urip Lor X, Kupang Krajan, Sawahan, Surabaya. Kampung Lontong ini pun melengkapi kampung tematik yang ada di Surabaya. Setelah Kampung Lumpia di Tambaksari (edisi 2802), Kampung Kue di Rungkut (edisi 2798) dan Kampung Semanggi di Benowo (edisi 2798).

| Baca Juga : Sulap Gulma Jadi Barang Berharga, Pasutri Surabaya Ingin Buat Kampung Eceng Gondok

 Banyak Kunjungan

Kampung lontong ini eksis sejak tahun 2009. Tidak hanya sebagai pusat produksi lontong, kawasan ini menjelma jadi destinasi wisata edukasi. Di sana, pengunjung bisa belajar langsung proses pembuatan lontong hingga mengenal sejarahnya. Bahkan lokasi itu juga kerap didatangi mahasiswa dari berbagai kampus untuk melakukan penelitian.

Mencari keberadaan Kampung Lontong di peta mungkin terasa mudah, namun kenyataannya tidak semudah itu. Kawasan ini memang layak menyandang predikat hidden gem.

Sebab untuk mencapai ke sana, harus menyusuri gang-gang sempit dan berliku di tengah pemukiman padat penduduk. Aksesnya pun terbatas, hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor.

Sore itu saat Nyata bertandang, sejumlah rumah ramai dengan aktivitas. Terlihat wanita dan pria paruh baya sibuk bekerja. Ada yang fokus mencetak dan mengisi selongsong lontong dengan beras.

| Baca Juga : Demi Air Bersih, Miss Indonesia 2024 Nginap di Kampung Ciseke

Sementara di sisi lain, beberapa pria dengan cekatan menata lontong-lontong itu ke dalam panci-panci besar untuk direbus. Aroma wangi daun pisang pun direbus tercium dari pusat-pusat produksi lontong yang tersebar di RW 2, RW 6 dan RW 7.

Tags:

Leave a Reply