Jutaan Rupiah Per Hari

Sejak enam tahun lalu, secara perlahan, warga setempat mulai memproduksi lontong. Kini sekitar 64 kepala keluarga (KK) menggantungkan hidup mereka dari lontong. Ribuan lontong dihasilkan dalam sehari dan omzetnya menembus jutaan rupiah per hari.

Cikal bakal kampung lontong ini dari pasangan suami istri, alm. Tanjih dan almh. Ramiah. Keduanya merintis usaha lontong ini mulai tahun 1970-an. Awalnya mereka pengusaha tempe yang sukses di tahun 1960-an. Bahkan sempat memberdayakan warga sekitar di Banyu Urip Lor X sebagai perajin tempe.

Namun tahun 1970-an, produksi tempe mengalami penurunan yang signifikan. Ramiah mengambil langkah strategis dengan beralih ke produksi lontong. Dia melihat adanya peluang yang lebih besar dalam industri itu. Terbukti permintaan meningkat pesat.

| Baca Juga : Potret Chelsea Olivia Pulang Kampung Setelah 9 Tahun Demi Ultah Ayah

”Ibu beralih ke lontong, padahal waktu itu belum pernah bikin apalagi tahu resepnya. Namun karena kebutuhan, ibu saya berani ambil langkah,” kata Muhammad Yunus, anak ke tiga alm. Tanjih dan almh. Ramiah itu, Kamis (17/7).

Sejak 1980-an

Tahun 1980-an, pasutri itu memulai usaha. Berbekal ilmu yang didapat secara otodidak dan modal seadanya, Ramiah mengajak suami merintis usaha lontong itu.

”Lontong-lontong itu dijual ke Pasar Banyu Urip deket sini. Selalu habis dan laris banget. Bahkan sampai banyak yang jadi pelanggan. Anak-anaknya ikut bantu. Tiap pulang sekolah, saya dan kakak-kakak keliling pasar buat beli daun pisang,” kata Yunus, sapaan akrabnya.

Lambat laun usaha yang dirintis itu berkembang pesat. Ramiah dan Tanjih tidak hanya fokus pada bisnis, tapi juga punya kepedulian sosial tinggi. Mereka mulai merekrut warga sekitar yang menganggur untuk menjadi karyawan.

| Baca Juga : Tradisi Sambut Tahun Baru Imlek di Kampung Pecinan Surabaya

”Warga di sini yang masih menganggur diajak ibu untuk bekerja membuat lontong. Kalau nggak bisa diajarin caranya terlebih dulu. Waktu itu banyak yang direkrut,” kata pria yang juga penanggung jawab paguyuban Kampung Lontong Surabaya itu.

Tags:

Leave a Reply