Karena itu, usahakan agar posisi berbaring atau duduk menetap hanya sekitar 30 menit. Setelahnya, tubuh lansia harus digerakkan agar kulit tidak terlalu lama menahan beban dan bergesekan langsung dengan tulang yang bisa memicu luka dekubitus.
“Sayangnya banyak yang kurang tahu kalau para lansia ini harus sering dibolak balik dari tidurnya, harus sering diubah posisinya. Biasanya mungkin dalam satu hari cuma sekali digerakkan. Sebaiknya, bila memungkinkan, ubah posisi lansia ke kanan dan kiri setiap 2 jam sekali bagi lansia yang mengalami kondisi tirah baring. Atau sering mengganti posisi duduk setiap 15 menit sekali agar tidak ada permukaan kulit yang tertekan,” ujar Rinadewi.
Ia menambahkan, banyak perawat atau keluarga yang menjaga lansia belum memahami pentingnya memindahkan atau menggeser posisi duduk dan tidur.
“Orang Indonesia itu terlalu baik. Mereka merasa kasihan jika orangtua harus sering digeser dari tempat tidur, berganti posisi. Makanya malah dibiarkan terus berbaring. Padahal, justru ini yang berbahaya,” ungkapnya.
| Baca Juga: Sederet Manfaat Kunyit, Bisa Meringankan Gejala Depresi
Selain itu, kulit lansia juga lebih kering. Kondisi ini membuat kulit mereka mudah terluka, terutama jika berbaring atau duduk terlalu lama. Kebanyakan luka baring bisa sembuh dengan pengobatan, namun ada pula yang tidak pernah sembuh sepenuhnya.
Rinadewi mengatakan, dalam kondisi tertentu ulkus dekubitus bisa menyebabkan infeksi yang meluas dan dalam hingga menyebabkan sepsis.
“Ulkus dekubitus ini jika sudah masuk tahapan infeksi bakteri, bisa mengancam, bisa masuk ke pembuluh darah dan berujung sampai sepsis,” kata nya. (*)
Tags:Dekubitus Lansia Berbaring Lansia Dekubitus Lansia Ulkus Dekubitus Luka Dekubitus