Akhir-akhir ini, fenomena sinkhole atau tanah ambles banyak terjadi di beberapa tempat. Pada 26 Juli lalu, kejadian serupa menimpa Tanjong Katong Road South, Singapura.
Awal tahun ini, sinkhole muncul di lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Sementara Maret lalu, sinkhole menewaskan seorang pengendara motor yang saat itu melintas di persimpangan jalanan di sebelah Tenggara Seoul, Korea Selatan.

Tanah ambles di Yogyakarta. Foto: Dok. Detik Jogja
Dikatakan dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Dr. Ir. Amien Widodo, M.Si, sinkhole adalah lubang runtuhan yang terbentuk karena adanya lapisan batuan di bawah tanah. Tepatnya lapisan batu gamping atau batu kapur yang mudah larut oleh air.
“Ketika air (biasanya air hujan, red) meresap ke dalam tanah dan bertemu batuan yang mudah larut ini perlahan-lahan batuan itu akan terkikis dan membentuk rongga atau gua di bawah permukaan. Semakin lama, rongga ini bisa semakin membesar,” paparnya kepada Nyata, Senin (28/7) lalu.
| Baca Juga : Ratu Kecantikan Malaysia Diduga Dilecehkan Pendeta saat Ritual Suci
Jika lapisan tanah di atasnya terdapat bangunan, maka tanah tersebut bisa ambles dengan sendirinya. Karena lubang di bawahnya sudah tidak lagi mampu menahan bebannya.
Sinkhole dapat terbentuk melalui dua mekanisme utama yakni solution sinkhole dan collapse sinkhole.
Solution sinkhole berkembang akibat proses pelarutan batu kapur oleh air yang dalam jangka waktu panjang menciptakan rongga bawah tanah yang semakin besar. Sedangkan collapse sinkhole terjadi secara tiba-tiba ketika atap rongga bawah tanah tidak mampu menahan beban di atasnya.
Di Indonesia, kawasan berisiko sinkhole berada di wilayah dengan karakteristik geologi yang dominan material yang mudah larut.
| Baca Juga : Tren Nicki Minaj Viral di TikTok, Lucinta Luna Juga Ikutan!
Jenis batuan ini ditemukan di hampir seluruh pulau-pulau besar di Indonesia. Khususnya di kawasan karst, daerah yang terdiri atas batuan kapur berpori, sehingga memudahkan air di permukaan tanah merembes. Seperti kawasan karst di Gunung Kidul, Blitar, Pacitan, Maros, Sukabumi Selatan, Kendeng, dan Pegunungan Sewu.
Bagi orang awam, tanda-tanda awal sinkhole bisa dikenali lewat retakan tanah atau bangunan yang tiba-tiba muncul dengan diameter luas. Pintu atau jendela yang tiba-tiba sulit dibuka atau ditutup.

Sinkhole di Korea Selatan. Foto: Dok. Chosun Biz
Adanya bagian rumah yang terlihat menurun, kemiringan objek, seperti pohon atau pagar yang terlihat miring secara tidak wajar, munculnya lekukan atau cekungan melingkar di permukaan tanah.
Tidak hanya faktor alam, aktivitas manusia seperti eksploitasi air tanah yang berlebihan dan pembangunan infrastruktur juga dapat mempercepat terbentuknya sinkhole. Namun jika pembangunan tidak dapat dihindari, maka diperlukan kajian mendalam serta pemetaan terlebih dahulu.
| Baca Juga : Setelah Viral, Bocah Pacu Jalur Akan Tampil di Dubai
“Tanah yang rawan sinkhole itu idealnya memang tidak boleh dibangun infrastruktur atau ada bangunan di atasnya. Tapi kalau pembangunan vital, maka perlu dilakukan pemetaan. Dengan menggunakan alat geofisika, yang mampu menjangkau kedalaman hingga ratusan meter. Sehingga keberadaan rongga atau lubang di bawah tanah dapat terdeteksi,” ujarnya.
Selain itu desain infrastruktur harus disesuaikan dengan karakteristik tanah Karst. Termasuk sistem drainase yang memperhitungkan aliran bawah tanah serta struktur bangunan yang tahan terhadap amblesan.
“Kalau sudah dipetakan, baru direkayasa. Misalnya lubang-lubangnya seberapa besar. Kalau memang itu bisa dibuat jembatan, ya dibuat jembatan,” sarannya.
Tak hanya upaya teknis, kesadaran masyarakat juga berperan dalam mitigasi sinkhole. Salah satunya mengontrol pengambilan air tanah agar rongga bawah tanah tidak mengering. (*)
Tags:Amien Widodo ITS Surabaya Penyebab Sinkhole Sinkhole Tanah Ambles Tanda Sinkhole