By: Agnes
28 October 2025

NYATA MEDIA — Aktris sekaligus aktivis sosial Olga Lydia kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap isu keberagaman dan toleransi di Indonesia. Kali ini, ia terlibat sebagai koordinator Festival Band Berani Beda.

Festival yang akan akan digelar pada 21 November 2025 itu bukan sekadar kompetisi musik, melainkan ruang perjumpaan bagi musisi dari berbagai latar belakang agama, suku, dan generasi.

Uniknya, ajang musik lintas agama ini digagas oleh Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) bersama Yayasan Tirta Bersemi, dengan dukungan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP).

“Ruang-ruang perjumpaan seperti ini penting, karena lewat musik kita bisa meredam gejolak intoleransi dan belajar menerima perbedaan secara alami,” ujar Olga Lydia dalam keterangannya yang diterima Nyata, Selasa (28/10/2025).

| Baca Juga: Makna dan Lirik Lagu ‘Bangun Pemudi Pemuda’ yang Sering Dinyanyikan saat Sumpah Pemuda

Olga, yang selama ini dikenal aktif di berbagai kegiatan kemanusiaan dan advokasi sosial, melihat musik sebagai jembatan empati.

Di tengah maraknya ujaran kebencian di media sosial dan menguatnya sikap individualis akibat teknologi digital, ajang seperti ini dianggap penting untuk menghidupkan kembali rasa kebersamaan dan gotong royong antarwarga bangsa.

Kelahiran Jakarta 48 tahun ini selanjutnya menyampaikan fakta bahwa Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat keragaman budaya tertinggi di dunia dengan 1.340 suku dan 718 bahasa daerah.

“Namun, dalam dekade terakhir, letupan intoleransi berbasis agama maupun ras semakin sering muncul. Fenomena ini menjadi keprihatinan kita bersama, termasuk bagi Komisi HAK KWI dan ICRP yang selama ini aktif memfasilitasi dialog lintas iman,” paparnya.

| Baca Juga: 5 Fakta Menarik Film ‘Si Paling Aktor’, Kisah Unik di Balik Dunia Figuran

Melalui festival musik ini, kedua lembaga tersebut ingin menciptakan ruang kreatif yang mempertemukan perbedaan secara positif. Musik dipilih karena dianggap paling mampu menjangkau lintas generasi dan menembus sekat-sekat sosial.

“Dalam perbedaan, selalu ada harmoni yang bisa ditemukan. Sama seperti musik, meski nadanya berbeda-beda, tapi jika dimainkan bersama dengan hati, hasilnya bisa indah,” tutur Olga menambahkan.

Olga menilai, kegiatan seperti ini bukan hanya tentang seni, tetapi tentang menumbukan empati dan kesadaran sosial. Ia berharap ini dapat menjadi langkah kecil yang berdampak besar yaitu menyebarkan pesan damai lewat kreativitas.

“Kalau kita bisa bermain musik bersama, kenapa tidak bisa hidup rukun bersama?” ujar bintang film Agen +62 tersebut.

| Baca Juga: Potret dari Masa ke Masa Mendiang Bjorn Andresen, Lelaki Paling Rupawan

Selanjutnya Olga menjelaskan, festival ini terbuka untuk peserta dari berbagai usia. Setiap band akan membawakan dua lagu, satu lagu wajib nasional dan satu lagu bebas berupa lagu daerah atau ciptaan sendiri.

“Setiap grup band wajib beranggotakan minimal tiga dan maksimal sembilan orang, dengan syarat ada perbedaan agama di antara mereka. Selain itu, perbedaan suku, budaya, dan generasi juga sangat dianjurkan,” papar Olga.

Adapun lagu-lagu wajib yang direkomendasikan antara lain Tanah Airku (Ibu Soed), Dari Sabang Sampai Merauke (R. Soerarjo), Indonesia Pusaka (Ismail Marzuki), Bangun Pemudi Pemuda (Alfred Simanjuntak), Berkibarlah Benderaku (Ibu Soed), Hari Merdeka (Husein Muchtar), dan Satu Nusa Satu Bangsa (Liberty Manik). (*)

Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di InstagramTikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.

Tags:

Leave a Reply