By: Farah Yumna
24 August 2025

Selain mata minus, orang dengan riwayat trauma kepala seperti benturan, pernah mengalami pukulan di daerah wajah, serta olahraga atau kegiatan angkat beban,  juga lebih rentan mengalami ablasio retina.

“Memang angkat beban tidak bisa dikatakan menjadi salah satu faktor penyebab ablasio retina. Tapi dari beberapa pasien banyak yang pekerjaannya sering mengangkat beban berat,”  tutur dr. Vivin. Jika setelah angkat beban muncul gejala, maka harus segera diperiksakan.

Namun, ablasio retina juga bisa terjadi kepada seseorang yang tidak memiliki mata minus. “Bisa juga terjadi karena vitreous, gel yang dalam bola mata kita mengalami penuaan dini sehingga menarik retina hingga robek,” ujar dokter lulusan Fakultas Kedokteran (FK) Unair itu.

| Baca Juga : Screen Time Berlebihan Picu Gangguan Mental dan Fisik Anak

Ablasio retina juga bisa terjadi pada anak-anak. dr. Vivin pernah menangani kasus ablasio retina pada anak berusia 10 tahun. Salah satu kasus yang paling sulit menurutnya.

“Semakin muda, justru semakin sulit operasinya karena cairan vitreousnya itu masih kental dan lengket banget. Sehingga sulit untuk dibersihkan” kenangnya. “Selain itu, reaksi radang pada anak itu jauh lebih hebat,” lanjutnya.

Untuk menempelkan kembali retina si anak, diperlukan dua kali prosedur operasi. Dari dalam, yakni vitrektomi yang bertujuan memberikan tamponade yang memberikan tekanan pada mata, sehingga retina yang sudah diperbaiki bisa menempel kembali.

Serta dari luar, yakni encircling scleral buckle atau pemasangan pita silikon mengelilingi bagian luar bola mata untuk menekan dinding mata ke dalam.

| Baca Juga : Anak Muda Waspada Retinopati Diabetik, Diabetes Bisa Berujung Kebutaan

Dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Vivin, ablasio retina pada anak-anak sebenarnya jarang terjadi. Data dari RS Mata Undaan Surabaya menunjukkan, sepanjang Januari hingga Juli 2025 jumlah pasien ablasio retina didominasi dari kalangan usia 55-64 tahun sebanyak 80 kasus. Disusul kalangan usia 45-54 sebanyak 61 kasus.

Namun, dalam kasus pasien anak yang ditangani dr. Vivin, anak itu mengalami ablasio retina karena mata minus tinggi. Padahal, orangtuanya tidak memiliki riwayat mata minus.

“Waktu periksa karena ada keluhan penglihatan, baru ketahuan anaknya minus tinggi dan kondisi retinanya sudah lepas,” kisahnya.

Tags:

Leave a Reply