NYATA MEDIA — Dalang legendaris Ki Anom Suroto meninggal dunia pada Kamis (23/10) sekitar pukul 07:00 WIB. Almarhum mengembuskan napas terakhirnya di usia 77 tahun.
Menurut keterangan dari putranya, Jatmiko, sang ayah berpulang setelah dirawat secara intensif selama lima hari di RS Dr. Oen Kandang Sapi Solo, Jawa Tengah.
Jatmiko juga mengungkap kalau almarhum sempat mengalami serangan jantung dan dirawat di ICU. Selain itu, juga memiliki riwayat diabetes.
Malam sebelum meninggal, Ki Anom masih sadar. Bahkan menitip pesan agar anak-anaknya tetap rukun. Sebelum akhirnya kondisinya mulai menurun dan kehilangan kesadaran.
| Baca Juga : Dari Pencinta Anime, Daud Nugraha Sukses Bawakan Aniwayang ‘Desa Timun’ ke Jepang
Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan, dan penggemar. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, turut mengucapkan bela sungkawa atas kepergian dalang kondang itu.
Melalui Instagram pribadinya, Anies bercerita sempat menjenguk Ki Anom sebelas hari yang lalu. Saat itu, beliau baru pulang ke rumahnya yang ada di Solo setelah opname di rumah sakit.
Ia menengang sosok almarhum sebagai dalang yang mampu membuat setiap pagelaran wayang terasa hidup. Kekuatannya terletak pada pitutur-nya, tutur kata yang mengandung nilai, nasihat, dan pandangan hidup.
Ki Anom juga disebut memiliki wawasan yang luas, pandangan yang dalam, dan tentunya, pengalaman panjang di dunia perdalangan. Sehingga siapa pun akan terhibur setiap menyaksikan pertunjukkannya.
| Baca Juga : Suzanne Somers ‘Hidup’ Lagi Lewat Teknologi AI Twin
Sosok Ki Anom Suroto
Kanjeng Raden Tumenggung Haryo Lebdo Nagoro atau yang lebih dikenal Ki Anom Suroto lahir di Klaten, Jawa Tengah, pada 11 Agustus 1948. Ia mulai mempelajari tentang dalang sejak usia 12 tahun.
Ilmu itu ia pelajari dari ayahnya, Ki Sadiyun Harjadarsana, yang juga merupakan seorang dalang. Ia juga banyak belajar dari dalang senior lain, termasuk Ki Nartosabdo (1925-1985).
Ki Anom pernah mengikuti kursus dalang di beberapa lembaga, seperti Himpunan Budaya Surakarta (HBS), Pasinaon Dalang Mangkunegaran (PDMN), Pawiyatan Kraton Surakarta, dan Habiranda Yogyakarta.
Bakatnya semakin terasah. Namanya mulai dikenal luas pada 1970-an. Salah satu penampilan yang membesarkan namanya adalah penampilan di RRI (Radio Republik Indonesia) pada 1968.
| Baca Juga : Film ‘Made in Bali’, Kisah Percintaan Remaja Berlatar Budaya Wayang
Sepanjang karirnya, Ki Anom telah melanglang buana ke lima benua. Memperkenalkan dunia dalang dan wayang ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Spanyol, Jerman, Australia, Rusia, India, Nepal. Thailand, Mesir, dan Yunani.
Jatmiko menuturkan bahwa lakon favorit dan paling sering dimainkan oleh almarhum ayahnya itu adalah Wahyu Katentreman dan Semar Bangun Kahyangan.
Menurunkan Warisan Budaya
Ki Anom Suroto mendirikan Forum Rebo Legen pada 1979. Sebuah wadah bagi para dalang muda untuk berlatih dan saling berbagi pengalaman. Forum seni itu digelar setiap setiap Rabu Legi, sesuai weton sang dalang.
Dalam forum itu, para dalang muda diajarkan berbagai hal tentang dunia perdalangan, termasuk etika, cara menggerakkan wayang, narasi yang diucapkan, instrumen yang dimainkan.
| Baca Juga : Korban Tabrak Lari, Aktris Jepang Takahashi Tomoko Meninggal
Beragam Penghargaan
Atas kontribusinya yang luar biasa di dunia seni, ayah delapan anak itu dianugerahi Satya Lencana Kebudayaan RI dari Presiden Suharto pada 1995. Dalang Kesayangan dalam Pekan Wayang Indonesia VI pada 1993.
Ia juga pernah mendapat Anugerah Lebdocarito dari Keraton Surakarta pada 1997 dan diangkat sebagai Bupati Sepuh bergelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Lebdonagoro.
Satya Lencana Kebudayaan RI dari Presiden Soeharto (1995) Dalang Kesayangan dalam Pekan Wayang Indonesia VI (1993) Anugerah Lebdocarito dari Keraton Surakarta (1997), di mana ia diangkat sebagai Bupati Sepuh bergelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Lebdonagoro. (*)
Tags:anies baswedan Dalang Jawa Tengah Ki Anom Suroto solo