Terapi akupuntur selama ini dipercaya sebagai pengobatan alternatif yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Namun, di balik manfaat itu, muncul persoalan baru yaitu limbah jarum.
Persoalan itulah yang mendorong Prof. dr. Amri Amir, Sp.F(K), Sp.Akup, SH, DFM mencari solusi kreatif. Pria asal Payakumbuh, Sumatera Barat itu, mengubah jarum-jarum akupuntur bekas menjadi lukisan 3D.
Lukisannya lebih dari 20, mulai dari gambar hewan seperti harimau Sumatera dan panda, hingga bangunan bersejarah seperti Pura Bedugul di Bali dan Rumah Gadang di Sumatera Barat.
“Saya sempat cari-cari di internet dan tanya ke sesama dokter, adakah yang berinovasi mengolah limbah jarum menjadi lukisan? Ternyata enggak ada. Jadi saya yang pertama di dunia,” kata Prof. Amri kepada Nyata, Sabtu (24/5) lalu.
| Baca Juga : Rayyan Arkan Dhika, Bocah Pacu Jalur Riau Punya Gaya Sendiri
Amri, sapaan akrabnya, sudah menekuni profesi sebagai dokter spesialis akupuntur sejak tahun 2004. Ia sehari-hari membuka praktik akupuntur di kediamannya di Jalan Gatot Subroto No.36 B Gang. Johar, Kota Medan, Sumatera Utara.
Dalam sehari, ia bisa melayani beberapa pasien, yang menghasilkan limbah jarum dalam jumlah tidak sedikit. Bisa mencapai 100 hingga 200 per hari. Jika diakumulasikan dalam sebulan, jumlahnya bisa mencapai satu box container.
“Jarum akupuntur ini kan sekali pakai dan harus buang. Jadi sesudah praktik itu jarum-jarum banyak terkumpul. Dalam hati saya, kalau dibuang enggak boleh, dijual pun enggak akan laku,” ujar Amri.
Pria berusia 84 tahun butuh waktu hampir lima tahun untuk kemudian merealisasikan idenya.
| Baca Juga : Penyesalan Ayah Korban Tewas Kebakaran di Jakarta Utara
“Saya enggak pakai riset cuma lamanya karena mikir mau dijadikan apa gitu. Saya pikir macam manalah supaya jarum itu tidak menumpuk. Karena saya juga punya bakat di bidang seni dan suka menggambar, melukis, akhirnya yang terpikir adalah membuat lukisan. Awalnya saya mencoba membuat huruf aja dulu gambar Yin-Yang,” ucap Guru Besar Universitas Sumatera Utara itu.
Proses pembuatan lukisan dari jarum akupuntur membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Hal pertama yang dilakukan adalah membuat pola lukisan di atas kanvas.
Profesor Amri Amir saat membuat lukisan. Foto: Dok. Padnya/Nyata
Kemudian, jarum direbus selama 20 menit—langkah penting untuk memastikan jarum yang akan digunakan sebagai media lukis benar-benar steril dan aman. Amri dengan telaten menyusun jarum-jarum akupuntur satu per satu di atas kanvas, mengikuti pola yang sudah digambar.
| Baca Juga : Aksi Heroik Penyelamatan Penumpang Cilik dari Tragedi Kapal Terbakar KM Barcelona
Jarum yang elastis dibengkokkan agar tampak lebih alami dan memberikan dimensi pada lukisan. Untuk mempercantik tampilan, jarum-jarum itu diberi warna menggunakan cat semprot, serta menggunakan elemen tambahan seperti kapas, bunga plastik, atau rumput untuk menciptakan visual yang memukau dan hidup.
Semua pengerjaan itu dilakukan di Sanggar Sehat Senior, yang didirikannya pada tahun 2020. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu lukisan rata-rata adalah dua minggu, atau bisa lebih cepat seminggu jika dikerjakan dengan serius.
Salah satu lukisan profesor Amri. Foto: Dok. Padnya/Nyata
“Tingkat kesulitan dalam membuat lukisannya itu tergantung kerumitan gambar. Semakin rumit gambarnya maka jumlah jarum yang digunakan semakin banyak. Untuk lukisan dengan gambar seperti Rumah Gadang atau pura di Bali, saya bisa menggunakan hingga 500 jarum,” tuturnya.
| Baca Juga : Ilona Davina Krishnaputri, Remaja Jakarta Lestarikan Alat Musik Sasando
Melukis dengan jarum akupuntur ini dilakukan profesor di waktu luangnya, seperti setelah menangani pasien atau di akhir pekan.
Aksinya ini tidak hanya mengurangi limbah jarum akupuntur di lingkungan sekitar, tetapi juga sebagai sarana melepas penat. Karena itu, ia tidak memasang target untuk menyelesaikan lukisannya. Dia juga tidak menjual lukisannya.
Sebelum menggeluti dunia akupuntur, Amri Amir memiliki pengalaman yang cukup mentereng di bidang kesehatan. Lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 1978 dan melanjutkan studi S2 spesialis forensik di USU tahun 1978.
Ia sempat menjadi dokter forensik selama beberapa tahun. Lalu memilih beralih profesi spesialis akupuntur karena beberapa alasan.
Baca selengkapnya kisah Prof. dr. Amri Amir yang menyulap limbah jarum menjadi lukisan di Tabloid Nyata Cetak edisi 2816, Minggu ke IV Juli 2025.
Tags:Amri Amir Lukisan 3D Lukisan Limbah Jarum pilihan Prof. dr. Amri Amir Profesor Sumatera Utara