NYATA MEDIA — Bathara Saverigadi Dewandoro mencatatkan namanya di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai penata tari tradisional termuda pada usia 16 tahun.
Koreografer muda ini juga pemenang Indonesia Mencari Bakat 2021. Dalam ajang PON 2024 di Cabang Tradisional Dance Sport, Bathara mendapatkan medali emas.
Pada 12 Oktober 2025, 8.000 penari dari seluruh Indonesia menarikan tarian karya koreografinya dalam event Indonesia Menari 2025 yang diinisiasi Indonesia Kaya. Seni tari memang tidak pernah lepas dari hidupnya.
Sanggar Swargaloka
Lahir di Bantul, Jogjakarta, pada 7 Februari 1997, Bathara Saverigadi Dewandoro berasal dari keluarga yang sudah akrab dengan dunia seni pertunjukan. Sejak kecil, dia terbiasa melihat latihan tari dan pentas di Sanggar Swargaloka, rumah produksi yang didirikan orang tuanya. Dari situlah, kecintaannya pada tari tumbuh alami.

Koreografer Muda Bathara Saverigadi Dewandoro. (Foto: Dok. Pri)
“Dari kecil aku memang udah cinta banget sama nari. Mungkin karena lingkungan juga, dari orang tua, dari suasana sanggar. Akhirnya terbentuk sampai sekarang,” katanya ketika dijumpai Nyata di Surabaya pada Minggu (12/10).
| Baca Juga: Kisah Cinta Raisa dan Hamish Daud yang Kini Diisukan Cerai
Melihat Dunia
Meski begitu, perjalanan menuju panggung bukan tanpa tantangan. Di usia remaja, ketika banyak teman seusianya mulai menekuni hal lain, Bathara justru semakin yakin bahwa tari adalah jalan hidupnya.
Dia menolak anggapan bahwa seniman hanya bisa ‘hidup setengah’. “Menari itu bukan cuma soal gerak tubuh, tapi juga cara kita melihat dunia,” katanya.
Berbagai prestasi yang berhasil diraihnya disebut Bathara sebagai bukti bahwa seni tradisi bisa berdiri sejajar dengan seni yang lain. “Kalau kita menekuni apa yang kita yakini, value-nya akan naik sendiri. Dan kalau value-nya sudah tinggi, kita bisa hidup dari situ,” ujarnya.
| Baca Juga: Korban Tabrak Lari, Aktris Jepang Takahashi Tomoko Meninggal
Ribuan Orang

Koreografer Muda Bathara saat tampil di Surabaya. (Foto: Dok. Pri)
Salah satu momen paling berkesan baginya adalah ketika dipercaya menjadi koreografer untuk acara Indonesia Menari 2025. Karya tari ciptaannya, yang memadukan ragam gerak dari berbagai daerah di Indonesia, ditarikan serentak oleh ribuan orang di berbagai kota.
Berdasar data dari Indonesia Kaya, tercatat 35 ribu penari mendaftar untuk ikutan ajang yang setiap tahun dihelat itu. Dari 35 ribu tersebut, terpilih 8.000 peserta untuk mengikuti ajang yang bertema #MenaridiMal tersebut.
“Jujur, aku senang banget. Tarian ini bisa ditarikan sama banyak masyarakat Indonesia, terutama anak muda. Itu luar biasa,” tuturnya. “Aku jadi sadar, kehadiranku di dunia ini bukan cuma untuk menerima, tapi juga berbagi.”
Budaya Indah
Dalam prosesnya, Bathara merevisi koreografi untuk Indonesia Menari hingga empat kali dalam sebulan. Bagi dia, setiap detail gerak punya makna. “Tangan, kepala, bahkan napas. Semuanya ada nilai budaya. Anak-anak yang ikut menari jadi belajar bahwa budaya kita itu kompleks tapi indah.”
Meskipun bukan kelahiran Jawa Timur, Bathara mengaku sangat menggemari ragam tari dari daerah tersebut. “Aku suka banget tari-tari Jawa Timur. Karakternya tegas, dinamis, dan menantang stamina. Itu pas banget sama energiku,” ujarnya sambil tertawa kecil.
| Baca Juga: Cerita Farel Prayoga Memutuskan Mualaf, Kini Belajar Baca Iqra
Teater Musikal
Kini, dia memperluas peran sebagai sutradara dan produser di Swargaloka Production, rumah produksi yang kini banyak menggarap teater musikal dengan sentuhan budaya lokal. Bathara menyebutnya sebagai bentuk adaptasi seni tradisi ke ruang pertunjukan populer.
“Banyak orang Jakarta penasaran gimana unsur tradisi bisa dijadikan ide pertunjukan populer. Itu tantangan buat kami. Membuktikan bahwa tradisi bisa tampil keren di panggung besar,” katanya.
Dua di antara karyanya akan tampil di Festival Musikal Indonesia (14 November) dan Teater Besar Taman Ismail Marzuki (14 Desember) tahun ini.
Manajemen Pertunjukan

Koreografer Muda Bathara (tengah). (Foto: Dok. Pri)
Selain tari, Bathara yang merupakan alumnus London School of Public Relations Jakarta, jurusan Performing Arts Communication, menyebut kalau menyebut pendidikan formalnya membantu memahami seni dari sisi komunikasi dan manajemen pertunjukan.
Karena itu pula, Bathara tidak ingin berhenti di panggung tari. Dia ingin membuat seni tradisi menjadi ruang pertemuan yang lebih luas.
”Tempat seniman, penonton, dan masyarakat saling belajar tentang keindahan yang lahir dari akar budaya,” sambung lelaki yang baru saja bertunangan itu.
| Baca Juga: Sejarah Louvre, Museum Tertua Prancis yang Dirampok
Hidup Layak
Bagi banyak orang, menjadi penari sering dianggap pilihan yang tidak menjanjikan secara finansial. Namun Bathara membuktikan sebaliknya. “Kalau kita bisa mengatur dan menekuninya, kita tetap bisa hidup. Bahkan hidup layak,” katanya.
Kini, di usia 28 tahun, Bathara berdiri di antara dua dunia: tradisi dan modernitas. Dan dari setiap langkah kakinya di panggung, dia seolah mengajak generasi muda untuk ikut menari. Menari bersama sejarah, menari bersama masa depan. (*tia)
Baca kisah selengkapnya di Tabloid Nyata Edisi 2829, Minggu IV, Oktober 2025
Tags:Bathara Saverigadi Dewandoro Indonesia Mencari Bakat Koreografer MURI