By: Kurniawan
22 October 2025

“Banyak orang Jakarta penasaran gimana unsur tradisi bisa dijadikan ide pertunjukan populer. Itu tantangan buat kami. Membuktikan bahwa tradisi bisa tampil keren di panggung besar,” katanya.

Dua di antara karyanya akan tampil di Festival Musikal Indonesia (14 November) dan Teater Besar Taman Ismail Marzuki (14 Desember) tahun ini.

Manajemen Pertunjukan

Koreografer Muda Bathara (tengah). (Foto: Dok. Pri)

Koreografer Muda Bathara (tengah). (Foto: Dok. Pri)

Selain tari, Bathara yang merupakan alumnus London School of Public Relations Jakarta, jurusan Performing Arts Communication, menyebut kalau menyebut pendidikan formalnya membantu memahami seni dari sisi komunikasi dan manajemen pertunjukan.

Karena itu pula, Bathara tidak ingin berhenti di panggung tari. Dia ingin membuat seni tradisi menjadi ruang pertemuan yang lebih luas.

”Tempat seniman, penonton, dan masyarakat saling belajar tentang keindahan yang lahir dari akar budaya,” sambung lelaki yang baru saja bertunangan itu.

| Baca Juga: Sejarah Louvre, Museum Tertua Prancis yang Dirampok

Hidup Layak

Bagi banyak orang, menjadi penari sering dianggap pilihan yang tidak menjanjikan secara finansial. Namun Bathara membuktikan sebaliknya. “Kalau kita bisa mengatur dan menekuninya, kita tetap bisa hidup. Bahkan hidup layak,” katanya.

Kini, di usia 28 tahun, Bathara berdiri di antara dua dunia: tradisi dan modernitas. Dan dari setiap langkah kakinya di panggung, dia seolah mengajak generasi muda untuk ikut menari. Menari bersama sejarah, menari bersama masa depan. (*tia)

Baca kisah selengkapnya di Tabloid Nyata Edisi 2829, Minggu IV, Oktober 2025

Tags:

Leave a Reply