“Ya namanya maraton ada magisnya sendiri. Pelajaran buatku untuk lebih adaptif ke depannya,” ungkapnya.
Terlepas dari heat stroke yang menyerang di tengah maraton, beruntung tidak ada masalah serius pada tubuhnya. Dia mengaku masih bisa berjalan normal, melompat, dan tidak mengalami kram.
Dokter Tirta juga mengaku tidak kapok mengikuti maraton. Dia bahkan berencana mengikuti maraton-maraton yang lain.
Bagaimana Menangani Heat Stroke?
Heat stroke tidak boleh diremehkan. Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kondisi itu apabila tidak segera ditangani bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh dan organ.
| Baca Juga : Harry Styles Taklukkan Berlin Marathon 2025 Kurang dari 3 Jam
Tanda-tandanya meliputi suhu tubuh yang meningkat hingga 40 derajat celcius, pusing, mual dan muntah, tubuh tidak mengeluarkan keringat, gelisah, jantung berdebar, kelemahan otot, kejang, dan pingsan.
Orang yang mengalami heat stroke harus segera dipindahkan ke tempat teduh. Jauhkan dari paparan sinar matahari langsung.
Kompres dingin area leher, ketiak, dan selangkangan. Area tubuh tersebut memiliki lebih banyak pembuluh darah sehingga efektif membantu menurunkan suhu tubuh.
Selain itu, perbanyak minum air putih untuk menghindari terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan. (*)
Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di Instagram, TikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.
Tags:Berlin Marathon Dokter Tirta Heat Stroke