NYATA MEDIA — Euis Kurniawati mungkin tidak pernah membayangkan bahwa kelompok renang kecil-kecilan yang dibentuknya untuk mengajari perempuan berenang secara gratis bisa berkembang dengan masif menjadi sebuah komunitas.
Memulainya sejak Desember 2017, komunitas yang bernama Muslimah Swimming Squad (MSS) itu telah melatih lebih dari 26.000 wanita dengan total anggota aktif berkisar 20 ribu.
Anggota tersebar di 75 kota di Indonesia dengan masing-masing kota memiliki lebih dari tiga cabang. Tidak hanya di Indonesia, dalam tujuh tahun perjalanannya, MSS juga menjangkau dua kota di Malaysia.
Diperkuat 460 relawan pelatih, dengan anggota mulai usia 15 hingga 74 tahun, MSS juga menjadi tempat terapi bagi mereka dengan keluhan skoliosis, osteoartritis, atau masalah tulang belakang lain.
| Baca Juga: Prestasi Parama Hansa Abhipraya, Anak 7 Tahun Bojonegoro yang Dijuluki Bocah Ajaib
Kiprah Muslimah Swimming Squad pun mendapat pengakuan publik. Komunitas ini meraih Juara Pertama Kategori Komunitas Perempuan versi Ruang Komunal Indonesia (RUKI) dari Meta Indonesia.
“Enggak nyangka sama sekali bisa bertahan sejauh ini. Kalau nggak Allah yang menolong, pertemukan, dan memudahkan, tidak mungkin bisa sebesar ini,” tutur Euis saat ditemui Nyata di kawasan Keputih, Surabaya.
Aktivitas komunitas renang, Muslimah Swimming Squad. (Foto: Dok. Pri)
Perjalanan Ibu rumah tangga asal Surabaya yang akrab disapa Bunda Euis itu berawal dari pengalaman personalnya. Dia bukan atlet, bukan pula lulusan fakultas olahraga.
Dia hanya sempat ikut kursus renang saat kecil, lalu berhenti karena merasa malu dengan pakaian renang terbuka. Setelah dewasa, dia belajar lagi secara otodidak—mengamati pelatih di kolam renang dan menonton tutorial YouTube.
| Baca Juga: Pengalaman Yondang ‘DBL’: Tiba-Tiba Terasa Berputar Seperti dalam Mesin Cuci
Titik baliknya datang pada Oktober 2017, saat dia sedang berenang sendirian di kolam renang hotel. “Aku sedang melakukan gerakan uitemate (gerakan mengapung pasif untuk menanti bantuan, Red). Renang sendirian tuh kan kayak krik-krik ya. Terus aku mikir, kenapa banyak Muslimah yang enggak bisa berenang? Padahal renang itu olahraga yang disunahkan Nabi,” kenangnya.
Biaya les yang mahal dan pelatih yang mayoritas laki-laki membuat banyak muslimah enggan belajar renang. “Les renang itu kan ratusan ribu. Lumayan kalau buat beli token listrik atau minyak goreng. Terus aku mikir, gimana kalau bikin gerakan yang memudahkan mereka belajar renang tapi gratis,” ceritanya sambil tertawa.
Dengan niat itu, Euis meminta izin pada sang suami, Adri Suyanto. “Boleh nggak aku ngajarin renang gratis? Tapi bayarnya pakai doa,” ujarnya. Suaminya sempat bercanda menanggapi, “Kamu sehat?” Namun akhirnya dia mengizinkan, dengan syarat Euis hanya mengajar di sekitar rumah.
FOTO BERSAMA: Para anggota Muslimah Swimming Squad. (Foto: Dok. Pri)
Melalui Facebook, Euis mengajak muslimah yang ingin belajar renang gratis. Tujuh orang mendaftar. Mereka berasal dari berbagai latar: ibu rumah tangga, pengusaha, hingga akademisi.
| Baca Juga: Kisah Penyanyi Kembar Kessler Twins Meninggal, Bunuh Diri Bersama
Kelas perdana digelar di kolam kawasan Dian Regency, Surabaya. “Masih aku sendiri yang mengajar. Ada tujuh orang, semuanya nggak bisa berenang. Tapi, dalam satu kali pertemuan langsung bisa semua,” kenangnya bangga.
Namun perjalanan yang baru dimulai itu sempat terhenti oleh pandemi COVID-19. Setelah dua tahun jeda, Euis membuka kembali kelas pada 2021.
“Ternyata tujuh orang di awal itu memberi testimoni ke teman-temannya kalau renang itu enggak semengerikan yang dibayangkan. Begitu buka lagi, ada 14 orang. Dan langsung bisa juga. Setelah itu tambah banyak, di kolam kayak cendol dawet,” ujarnya.
Permintaan dari luar kota pun berdatangan. Melihat itu, suaminya memberikan ide untuk membuat kelas Training for Trainer (TFT). Peserta yang berminat menjadi pelatih MSS dilatih intensif selama dua hari.
Di sini mereka belajar berbagai gaya renang, teknik water survival, dokumentasi underwater, hingga prosedur kegawatdaruratan seperti RJP.
“Mereka itu semacam ngambil sertifikasi dulu sama aku. Ada materi renang, emergency, dokumentasi, sampai micro teaching,” jelas Euis. Para pelatih wajib mengajar minimal sebulan sekali dan tidak boleh menerima bayaran. Jika melanggar, mereka akan diproses di komisi disiplin. (…)
Baca kisah selengkapnya di Tabloid Nyata Edisi 2833, Minggu ke III, November 2025
Tags:Komunitas Muslimah Swimming Squad Renang
