Rustono berhasil mempopulerkan makanan khas Indonesia, tempe di Jepang. Tidak hanya itu, dia juga merupakan pelopor industri tempe di negeri sakura tersebut.
Kisahnya bermula ketika dia bertemu dengan istrinya, Tsuko Kuzumoto di sebuah hotel di Yogyakarta. Wanita tersebut menyatakan cinta padanya. Namun Rustono ragu hingga akhirnya mereka bertemu kembali.
Keputusan untuk menikah itu datang sekitar tahun 1977. Sebelum memutuskan untuk menikahi Tsuko dan tinggal di Jepang, Rustono mencari wejangan pada WNI yang sudah tinggal di sana.
“Saya berkonsultasi dengan orang Indonesia yang nikah sama orang Jepang. Saya bilang gini, ‘Saya sebentar lagi kayaknya mau tinggal di Jepang. Kamu ada sesuatu saran buat saya’. Dia jawab, ‘ Wah kalau di Jepang, kamu harus jadi pengusaha. Karena kalau karyawan, pergi pagi, pulang malam, nggak bisa ketemu anak’,” ceritanya pada Nyata belum lama ini.
| Baca Juga: Kartini Masa Kini: Sastia Prama Putri jadi Ilmuwan ‘Tempe’ di Jepang
Berbekal nasihat tersebut, dia meminta izin kepada Tsuko untuk menjadi pengusaha. Setelah mendapat izin dan menikah di Jepang, pria 56 tahun itu memulai risetnya dari pasar tradisional Kyoto, Nishiki Market.
Di sana, dia menemukan ide bisnis yang belum dilakukan siapa pun, yaitu mengolah kedelai menjadi tempe.
“Saya melihat ada yang jual natto, susu kedelai, dan tahu. Wah ini semua berbahan kedelai. Tapi kok nggak ada tempenya? Memang di Jepang nggak ada tempe waktu itu. Langsung terpikir untuk jadi perintis tempe,” ucapnya.
Dari sanalah Rustono mulai berusaha mewujudkan idenya. Setiap hari sepulang kerja, dia bereksperimen membuat tempe. Sayang usahanya sering gagal.
“Awalnya coba-coba beli kedelai di supermarket. Terus untuk tahapan pembuatannya itu, saya coba telepon tetangga di kampung yang juga usaha tempe. Diajarin step by step. Nggak gampang buat tempe, jadi ya sering gagal,” ujarnya.
Akhirnya, dia pun meminta izin pada istrinya untuk kembali ke Indonesia demi belajar membuat tempe. Pria asal Jawa Tengah itu bahkan sampai berkeliling ke 60 kota selama tiga bulan.

Proses pengolahan di Rusto’s Tempeh (Foto: Dok. Rustono)
| Baca Juga: Selamatkan Teman dari Serangan Jantung, Pelajar ini Rela Terlambat Ujian
“Akhirnya saya tahu bagaimana membuatnya. Kedelainya diinjak-injak, nggak pakai mesin,” ucapnya.
Rustono kembali ke Jepang dan mempraktekkan ilmunya. Dia berhasil membuat tempe yang sesuai.
Namun, perjuangannya masih belum usai. Ayah dari dua putri itu masih harus mencari cara untuk memasarkannya.
Awalnya, dia menawarkan tempe produksinya ke restoran miliki orang Jepang dan sering ditolak. Pelanggan pertamanya merupakan komunitas Indonesia di sana.
“Waktu ditolak-tolak itu akhirnya saya berpikir. Kenapa tidak dijual sama orang Indonesia yang ada di Jepang. Saya cari akhirnya ketemu tiga orang. Saya buat delapan bungkus habis, buat 20-50 bungkus habis,” jelasnya.
Keuntungan penjualan digunakan Rustono untuk memperluas pabriknya pada musim salju. Hal tersebut menarik perhatian wartawan lokal yang memutuskan untuk mengangkat kisahnya.
| Baca Juga: Setelah 10 tahun, Pria UK akan Transplantasi Ulang 8 Organ Sekaligus

Koran yang memuat kisah Rustono (Foto: Dok. Rustono)
“Cerita saya dimuat satu halaman. Setelah dua hari terbit, saya dapat telepo. ‘Kamu Rustono ya? Mungkin kamu lupa sama saya. Saya orang yang punya restoran yang kamu datangi, saya tolak. Sekarang saya pengin jadi pelanggan kamu,’ gitu katanya. Dari situ mulai tersebar gitu,” ungkapnya.
Dari sana, penjualan tempe meningkat hingga 2.000 bungkus. Pabriknya, Rusto’s Tempeh juga diperluas. Pada 2024 dia berhasil memproduksi hingga delapan ton tempe.
“Saya belajar bahwa bisnis itu 50 persen produk dan 50 persen cerita di baliknya,” tutup Rustono. (*/pad)
Jangan ketinggalan berita terhangat lainnya di Tabloid Nyata Cetak! Setiap minggunya, kami hadir dengan edisi terbaru yang penuh dengan kisah eksklusif, berita selebriti terkini, dan cerita inspiratif.
Dapatkan Tabloid Nyata Cetak dengan mudah! Klik link di sini untuk pemesanan via marketplace.
Tags:Makanan Khas Indonesia pabrik tempe Rustono Rusto's Tempeh Rustono tempe Tempe Jepang