| Baca Juga: Selamatkan Teman dari Serangan Jantung, Pelajar ini Rela Terlambat Ujian
“Akhirnya saya tahu bagaimana membuatnya. Kedelainya diinjak-injak, nggak pakai mesin,” ucapnya.
Rustono kembali ke Jepang dan mempraktekkan ilmunya. Dia berhasil membuat tempe yang sesuai.
Namun, perjuangannya masih belum usai. Ayah dari dua putri itu masih harus mencari cara untuk memasarkannya.
Awalnya, dia menawarkan tempe produksinya ke restoran miliki orang Jepang dan sering ditolak. Pelanggan pertamanya merupakan komunitas Indonesia di sana.
“Waktu ditolak-tolak itu akhirnya saya berpikir. Kenapa tidak dijual sama orang Indonesia yang ada di Jepang. Saya cari akhirnya ketemu tiga orang. Saya buat delapan bungkus habis, buat 20-50 bungkus habis,” jelasnya.
Keuntungan penjualan digunakan Rustono untuk memperluas pabriknya pada musim salju. Hal tersebut menarik perhatian wartawan lokal yang memutuskan untuk mengangkat kisahnya.
| Baca Juga: Setelah 10 tahun, Pria UK akan Transplantasi Ulang 8 Organ Sekaligus

Koran yang memuat kisah Rustono (Foto: Dok. Rustono)
“Cerita saya dimuat satu halaman. Setelah dua hari terbit, saya dapat telepo. ‘Kamu Rustono ya? Mungkin kamu lupa sama saya. Saya orang yang punya restoran yang kamu datangi, saya tolak. Sekarang saya pengin jadi pelanggan kamu,’ gitu katanya. Dari situ mulai tersebar gitu,” ungkapnya.
Dari sana, penjualan tempe meningkat hingga 2.000 bungkus. Pabriknya, Rusto’s Tempeh juga diperluas. Pada 2024 dia berhasil memproduksi hingga delapan ton tempe.
“Saya belajar bahwa bisnis itu 50 persen produk dan 50 persen cerita di baliknya,” tutup Rustono. (*/pad)
Tags:Makanan Khas Indonesia pabrik tempe Rustono Rusto's Tempeh Rustono tempe Tempe Jepang