Pulang kerja, dia langsung berangkat ke kampus. Kebetulan kuliahnya prodi Kesejahteraan Sosial yang diambil Jang, diselenggarakan pada malam hari.
Pulang kuliah, dia mulai membaca buku-buku yang terkait mata kuliah dan rencana penelitiannya secara digital. Masalahnya tak semua buku itu ada edisi elektroniknya. Sehingga Jang harus lebih dulu men-scan agar bisa dibaca di layar komputer. Untung dia punya asisten pribadi, yang tugasnya menyiapkan dan membantu men-scan buku-buku yang tidak ada edisi e-book-nya.
“Men-scan buku adalah pekerjaan yang melelahkan. Apalagi kalau banyak. Masalahnya, saya tak punya pilihan. Hanya edisi digital yang bisa saya baca karena tangan saya tak bisa lagi memegang apa pun,” ungkapnya dalam pidato pendeknya saat wisuda.
Jang memang masih bicara. Tetapi sangat lirih dan terbata-bata. Sebab otot yang memungkinkannya bicara sudah sangat lemah. Sementara nafasnya bergantung penuh pada ventilator portabel di ranjang khususnya, yang berfungsi seperti kursi roda. Karena harus dia gunakan ke mana pun dia pergi. Termasuk saat masuk kelas untuk kuliah, dan bekerja. Atau melakukan kunjungan kepada penderita MD dan keluarga yang membutuhkan dukungan Jang.
| Baca Juga: Jacob Cass, Pria AS Kolektor Ribuan Arsip Sejarah Indonesia
Selain harus men-scan Ilebih dulu buku-buku yang diperlukan, jang harus harus mengingat poin-poin pentingnya. Sebab dia tak bisa mencatat atau menandai bagian-bagian itu.
Meski sangat melelahkan, Jang tak mau menyerah. Itulah yang membuatnya sering harus belajar hingga menjelang dinihari. Padahal pagi harinya dia harus berangkat kerja.
Di Atas Wajah
Sudah belasan tahun, ternyata Jang hanya bisa berbaring. Terpaku di ranjang khususnya bersama alat bantu nafas dan oksigen. Sejak itu dia tak bisa lagi mengoperasikan komputernya.
Agar dia tetap bisa melakukan aktifitasnya, seperti membaca dan mengunggah konten-konten kanal Youtube dan akun medsosnya, maka monitor dan seluruh perangkat komputernya tak hanya harus dipindah posisikan. Tapi juga harus diubah teknologi.
“Saya bersyukur ada teknologi digital yang memungkinkan saya mengetik dan menggeser kursor menggunakan kedipan mata. Itu sangat membantu. Terutama selama saya kuliah,” tulisnya di medsos.
| Baca Juga: Perjuangan Profesor Richard Scolyer Melawan Kanker Otak
Tags:Gwangju University Jang Ik-sun Penderita Muscular Dystrophy Raih Master raih S2