By: Alva Reza
18 July 2024

Pada September lalu, ia sempat membuat pernyataan yang menyebutkan bahwa prinsip sekularisme tersebut termasuk larangan memperlihatkan simbol-simbol keagamaan selama acara olahraga. Hal itu ditegakkan terhadap seluruh atlet yang bertanding untuk Prancis selama Olimpiade.

“Yang berarti bahwa perwakilan delegasi kami, di tim Prancis kami, tidak akan mengenakan hijab,” ucap Castera.

| BACA JUGA : 4 Tips Diet Ala Atlet Olimpiade yang Bisa Kamu Ikuti

Larangan tersebut pun segara ditanggapi oleh PBB. Mereka mengkritik kebijakan Prancis dan menegaskan bahwa tidak ada yang boleh mendikte perempuan. Khususnya, terkait busana.

“Tidak seorang pun boleh memaksakan kepada seorang wanita apa yang perlu ia kenakan atau tidak,” ucap tanggapan PBB, dikutip dari The Guardian.

Kementerian Olahraga Prancis pun langsung mengklarifikasi pernyataan yang dikritik PBB tersebut. Ia mengatakan, atlet boleh memakai hijab di Kampung Olimpiade (tempat tinggal atlet selama Olimpiade). Namun dilarang saat bertanding.

Selain itu, Kementerian tersebut menegaskan, bahwa atlet dari negara lain bebas mengikuti aturan yang ditetapkan oleh federasi mereka sendiri dan Komite Olimpiade Internasional.

| BACA JUGA : Jihyo ‘TWICE’ Pacaran dengan Atlet Olimpiade Yun Sung Bin?

Meski begitu, Amnesty Internasional memandang langkah Prancis itu sebagai hal yang munafik. Sebab, kebijakan tersebut bertentangan dengan klaim komite Olimpiade Paris 2024, yang menyebut diri sebagai Olimpiade Kesetaraan Gender Pertama.

“(Melarang atlet memakai hijab) merupakan olok-olok terhadap klaim bahwa Paris 2024 adalah Olimpiade dan Paralimpiade Kesetaraan Gender pertama dan mengungkap diskriminasi gender yang mendasari akses terhadap olahraga di Prancis,” ujar Anna Blus. (*)

Tags:

Leave a Reply