Kesadaran orang tua untuk kolaborasi dengan sekolah dalam pengembangan potensi anak, punya peluang besar melalui Kurikulum Merdeka. Sebagian mereka semakin menyadari, bahwa proses pembelajaran anak tidak semata-mata harus bertumpu di sekolah, melainkan orang tua harus ikut berperan.
Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dikembangkan melalui Kurikulum Merdeka turut mendorong kolaborasi dan gotong royong antara sekolah dan orang tua. Dalam artian, turut menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi anak.
Menurut Donna Agnesia, pendidikan adalah satu hal yang sangat penting bagi setiap orang tua. Dan ia yakin, ayah ibu pasti ingin memberikan pendidikan terbaik untuk buah hatinya.
Donna sangat bersyukur putrinya, Sabrina, bisa mengenyam pendidikan terbaik di sekolahnya yang menggunakan Kurikulum Merdeka dan Internasional dalam memberikan proses pembelajaran kepada para siswanya.
| Baca Juga: Donna Agnesia dan Suami Bangga Putranya Ikut Seleksi Timnas U-16
Kurikulum Merdeka dan Internasional yang diterapkan sangat baik bagi peningkatan mutu pendidikan siswa. Apalagi, bagi siswa yang ingin meneruskan pendidikan ke luar negeri.
Dalam Talk Show ‘Mensinergikan Pendidikan Kurikulum Merdeka dan Global untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia’, di Gedung Kemendikbudristek, Jakarta, beberapa waktu lalu, Donna berbagi pengalaman tentang menyekolahkan anaknya.
“Sebelum sekolah di Sampoerna Academy, Sabrina sekolah di sekolah nasional, dari TK-SD. Ketika memasuki usia SMP, Sabrina sempat mengatakan bila dirinya ingin seperti kedua kakaknya yang bersekolah di luar negeri. Tapi karena nggak ada urgensinya untuk berangkat dalam usianya yang cukup muda, maka Sabrina harus pindah ke sekolah yang berbasis kurikulum internasional, hingga nanti saat dia melanjutkan sekolah di luar negeri, tidak terlalu banyak penyesuaian yang harus dilakukannya,” kata Donna.
Uniknya, Donna menantang putrinya itu untuk mencari sendiri sekolah mana yang diinginkannya sebagai tempat dirinya menuntut ilmu di jenjang SMP.
“Kalau anak sekarang punya pertimbangan sendiri. Kalau semuanya disuruh sama orang tua nanti ujung-ujungnya dia malas-malasan, ‘kan itu Mama atau Papa yang pliih.’ Makanya Aku sama Daryus bilang ke Sabrina, ‘ok kamu yang pilih.’ Supaya dia bisa bertanggungjawab sama pilihannya. Kita sempat kasih suggest, ‘mau disini nggak, mau disitu nggak.’ Dia nggak mau. Akhirnya Sabrina bilang kalau dia mau sekokah di Sampoerna Academy. Kebetulan ada di dekat tempat tinggal kita, Bumi Serpong Damai, Tangerang,” jelasnya.
| Baca Juga: Baper Abiss!! Ini Ungkapan Darius Kepada Donna Agnesia Saat di Ranjang
Namun ia sempat merasa khawatir apakah anaknya bisa beradaptasi dengan cepat. Dari sekolah yang full bahasa Indonesia ke sekolah yang berbahasa Inggris dan menerapkan kurikukum merdeka dan internasional.
“Tapi setelah menjalani semester pertama kemarin, saya lihat ada perubahan yang signifikan dari Sabrina ketika pindah sekolah tersebut. Anaknya jadi lebih komunikatif, bisa cerita panjang lebar bila ditanya soal bagaimana belajarnya di sekolah. Dia juga lebih ekspresif, padahal dulu dia kayaknya introvert, pulang sekolah capek. Tapi sekarang excited banget,” ujar Donna.
“Saya cukup beruntung punya anak yang memiliki minat dan juga inisiatif untuk belajar sendiri, tanpa harus disuruh. Bahkan dia yang menginformasikan sama kita, ‘aku harus ngerjain ini, harus ngerjain itu, Mama.’ Yang paling mengagetkan adalah ketika dia minta untuk ikut kompetisi debat. Dan kita tidak pressure dia harus menang dalam kompetisi debat itu. Dia mau mencoba kompetisi itu saja, kita sudah bangga,” paparnya.
Ia menambahkan, “Jadi memang untuk anak sekarang, kita harus membuat mereka berpikir sendiri. Dan ketika mereka punya pemikiran, yang kita juga bisa apresiasi, akhirnya mereka bertanggungjawab dengan semua pilihannya.”
| Baca Juga: Sembuh dari Covid, Donna Agnesia Malah Bikin Darius Geregetan
Menurut Donna, penerapan Kurikulum Merdeka dan Internasional bukan saja mempersiapkan anak untuk menjadi warga dan berkompetisi di Indonesia, tapi juga warga dunia yang siap berkompetisi di dunia kerja global.
“Kalau sekolah di zaman saya dulu, hanya hard skill-nya saja yang dikuatin. Sementara, sekarang soft skill-nya juga dikuatin, bagaimana berkomunikasi, bagaimana untuk bisa mengutarakan pendapat, bagaimana berpikir kritis, bagaimana berinovasi. Jadi anak-anak ini nantinya bukan hanya jadi pegawai, tapi bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat lainnya,” ungkapnya.
Sebagai orang tua, Donna berharap setiap anak Indonesia bisa mendapatkan akses pendidikan terbaik. “Kita harapkan pendidikan bisa dirasakan oleh seluruh warga negara Indonesia, baik di kancah lokal maupun global,” harapnya. (*)
Tags:Anak Donna Agnesia Anak Donna Agnesia Sekolah Dimana Donna Agnesia