By: Azharul Hakim
18 February 2025

Abidzar Al Ghifari belakangan menjadi sorotan. Bukan karena prestasi, melainkan kontroversi yang melibatkan aktor utama dalam film A Business Proposal versi Indonesia tersebut.

Kontroversi itu bermula dari pernyataan Abidzar yang mengaku tidak membaca Webtoon ataupun menonton versi asli berupa drama Korea dari karya tersebut, dan ingin menciptakan karakternya sendiri.

Perkataan ini menimbulkan reaksi keras dari netizen, yang kemudian memengaruhi penerimaan film itu secara keseluruhan. Bahkan, skor ratingnya di IMDb (Internet Movie Database) merosot menjadi 1/10, dan penayangannya ditarik dari beberapa layar lebar.

Dosen English for Creative Industry Petra Christian University (PCU), Meilinda, mengatakan fenomena ini mencerminkan cara masyarakat dalam merespons publik figur yang dianggap tidak sesuai dengan ekspektasi mereka, atau sering disebut sebagai Cancel Culture.

| Baca Juga : Momen Kim Sejeong Nyanyi OST ‘A Business Proposal’ di Nikahan

“Cancel culture adalah budaya pengenyahan. Jadi si aktor ini dienyahkan dari posisi yang semestinya dia miliki karena kata dan sikapnya. Targetnya memang menyingkirkan orang itu dari pekerjaan atau kesejahteraannya,” ungkapnya, Senin (17/2/2025).

Bak nila setitik rusak susu sebelanga, ketika aktor mengalami cancel culture, seluruh tim produksi pun akan terkena imbasnya.

Dosen dengan spesialisasi di bidang teater itu menyebut, sebagai figur publik, seorang aktor memang punya tanggung jawab atas perkataan dan tindakannya.

“Karena apa yang ia lakukan akan disorot, diperbincangkan, dan dijadikan dasar penilaian karakter pribadinya. Dalam konteks ini, pernyataan aktor dianggap arogan adalah sesuatu yang kurang dapat diterima dalam budaya Indonesia, di mana publik figur diharapkan bersikap rendah hati agar tetap diterima masyarakat,” jelasnya.

| Baca Juga : Baru 8 Hari, Film ‘A Business Proposal’ Sudah Hilang dari Bioskop

Dalam kasus film A Business Proposal, sikap Abidzar yang dianggap tidak mengacu pada karakter versi asli menimbulkan perdebatan mengenai strategi dalam sebuah adaptasi.

“Jika sutradara ingin membuat adaptasi yang masih berpegang pada versi asal, maka aktornya perlu mempelajari dan mendiskusikan karya asli. Diskusi dengan sutradara sangat penting untuk menentukan elemen mana yang harus dipertahankan, diubah, atau ditekankan, agar adaptasi tetap relevan dan terjaga kesinambungannya dengan karya asli,” tutur Meilinda.

Tags:

Leave a Reply