Park Jung-oh, seorang pembelot Korea Utara (Korut) melemparkan botol-botol berisikan beras ke laut di Pulau Seokmodo, Korea Selatan. Tujuannya, botol isi beras ini dilarungkan ke negara asalnya di Korut agar ditemukan orang yang sedang kelaparan di sana.

Diketahui, kegiatan mengapungkan botol-botol berisi beras telah dilakukan Pembelot Korea Utara itu sejak hampir satu dekade. Namun, Park Jung-oh harus diam-diam melakukannya karena Korea Selatan melarang pengiriman bahan-bahan anti Korea Utara lewat perbatasan pada Juni 2020.

“Kami mengirimkan botol-botol ini karena orang-orang sebangsa mati kelaparan. Apa itu salah?” ujar pria berusia 56 tahun itu.

Dilansir dari BBC, Park membelot Korut. Ayahnya dulu mata-mata untuk Korut, tetapi memutuskan kabur ke Korsel sehingga satu keluarga pun terpaksa melarikan diri. Rezim Korut membuat kampanye hitam dan memburu keluarga Park.

| Baca Juga: Kenali Kim Hakseong, Pembelot Korea Utara Jadi Trainee Idol K-Pop

Saat masih tinggal di Korut, Park seringkali melihat mayat orang yang mati kelaparan tergeletak di jalanan.

Park tercengang mendengar cerita seorang pendakwah yang sering bepergian ke China tentang tentara bersenjata datang ke Provinsi Hwanghae saat musim panen dan mengambil semua hasil sawah.

Akibat aksi ini, para petani pun mati kelaparan. Baru kali ini Park mendengar orang bisa mati kelaparan di wilayah penghasil beras.

“Saya diberitahu bahwa ketika musim panen tiba, tentara bersenjata akan datang ke sawah dan mengumpulkan semua hasil panen dari para petani, sehingga para petani tidak punya apa-apa untuk dimakan,” kata Park.

| Baca Juga: Pembelot Korea Utara Ungkap Kim Jong Un Gemar Cari ‘Pasukan Pemuas’

Pada tahun 2015, Park mendirikan Keun Saem atau mata air besar bersama istrinya untuk mengirim persediaan dalam botol-botol plastik ke Provinsi Hwanghae. Tak hanya itu, pendirian Keun Saem juga untuk memberikan program sekolah gratis bagi anak-anak kurang mampu, termasuk mereka yang lahir dari pelarian Korea Utara.

Mereka berkonsultasi dengan nelayan setempat dan Institut Sains dan Teknologi Laut Korea tentang waktu pasang laut. Pada hari-hari aliran laut lebih kencang, botol-botol itu cuma butuh empat jam untuk sampai ke Korea Utara.

Selain satu kilogram beras, botol ukuran dua liter juga berisikan flash disk yang dipenuhi lagu-lagu K-Pop, serial K-drama bertemakan Korea Utara seperti Crash Landing on You, video-video yang membandingkan dua Korea, dan versi digital Alkitab.

Park yakin orang-orang Korut tidak akan kesulitan mengakses konten digital mengingat perangkat elektronik seperti komputer dan ponsel semakin umum dijumpai.

“Banyak orang mengira tidak ada listrik di Korea Utara. Tetapi saya dengar ada banyak panel surya masuk dari China. Panel-panel ini bisa digunakan untuk mengisi ulang baterai terutama saat musim panas,” ujar Park.

| Baca Juga: 9 Juta Rumah Kosong di Jepang Gegara Pengurangan Populasi

Kadang-kadang selembar uang US$1 (sekitar Rp16.000) dimasukkan ke dalam tiap-tiap botol supaya penerimanya bisa menukarnya dengan mata uang China atau Korea Utara. Per tahun lalu, nilai resmi US$1 setara dengan 160 won Korea Utara. Nilai tukar ini bisa lebih dari 50 kali lipat di pasar gelap.

Pada masa pandemi, Park dan istrinya juga memasukkan obat pereda rasa sakit dan masker ke dalam botol, persediaan yang sangat dibutuhkan Korea Utara yang terputus dari dunia luar.

Larangan Korsel tadi berlaku pada Desember 2020. Beberapa bulan sebelumnya, Kim Yo-jong, saudari Kim Jong-un yang juga merupakan sosok kuat, memperingatkan para aktivis untuk tidak mengirim selebaran anti-Korea Utara, mereka dituduh melanggar perjanjian-perjanjian antar Korea.

Sekarang Park harus melempar botol-botolnya di bawah pengawasan ketat puluhan polisi, korps marinir, dan tentara. Para inspektur siap bertindak sebagai mediator, tetapi mereka juga terus bertanya kepada Park apakah ada barang rahasia atau sensitif di dalam botol-botol.

| Baca Juga: Song Joong Ki Kenang Mendiang Lee Sun Kyun

Tidak pernah tebersit di pikiran Park untuk menghentikan aksinya.

“Pernah saya dengar seorang warga Korut mencurigai beras di dalam botol. Dia pun memasaknya kemudian diberikan ke seekor anjing. Karena anjingnya baik-baik saja, dia memakannya dan merasa kualitasnya jempolan,” tutur Park.

“Dia lalu menjual beras dengan harga mahal dan uangnya dipakai untuk membeli hasil pertanian yang murah seperti jagung dalam jumlah besar.”

Satu keluarga beranggotakan sembilan orang yang membelot dari Korut awal 2023 mengaku menerima botol-botol Park dan mengirim pesan terima kasih kepadanya via pembelot lainnya.

Empat tahun silam, seorang perempuan pembangkang Korut juga berterima kasih kepada Park karena botol-botol itu menyelamatkan hidupnya.

| Baca Juga: Pernah Dijodohkan dengan Jisoo ‘BLACKPINK’, Jung Hae In Justru Beri Dukungan ke Ahn Bo…

Park tidak pernah bertemu langsung dengan penerima bantuannya. Yang dia mau hanyalah membantu orang-orang dan bukan menuai pujian.

“Orang-orang Korea Utara terputus dari dunia luar. Mereka mematuhi negara tanpa protes karena takut konsekuensi jika membangkang,” tutur Park. “Ini hanyalah cara saya untuk sedikitnya bisa membantu,” lanjutnya. (*)

Tags:

Leave a Reply