By: Farah Yumna
16 July 2024

Beberapa hari ini, masyarakat yang tinggal di sebagian wilayah di Indonesia, merasakan suhu yang terasa lebih dingin dibandingkan biasanya.

Misalnya, di Bandung Raya. Berdasarkan laporan dari BMKG, suhu di wilayah ini tercatat 16,6 derajat celcius pada Minggu (14/7). Ini adalah suhu terendah sejak awal bulan Juli.

Hal tersebut kemudian mulai dikaitkan dengan fenomena Aphelion. Seperti yang ramai beredar di media sosial, muncul narasi yang menyebut jika suhu dingin Indonesia disebabkan oleh fenomena Aphelion.

Disebutkan pula bahwa dampak Aphelion akan dirasakan masyarakat Indonesia dari 9 Juli hingga Agustus.

Hoax yang banyak beredar soal fenomena Aphelion. Foto: Dok. Facebook

Hoax yang banyak beredar soal fenomena Aphelion. Foto: Dok. Facebook

| Baca Juga : Ngeri! Pria di China Selundupkan Ratusan Ular di Dalam Celana

Aphelion adalah sebuah fenomena atau kondisi yang mana posisi bumi berada di titik terjauh dari matahari. Ini biasanya terjadi setahun sekali pada bulan Juli.

Melansir dari Time and Date, saat Aphelion terjadi, bumi akan berjarak 152.000.000 km dari matahari. Sedangkan, jarak rata-rata bumi dan matahari adalah 149.000.000 km.

Namun, Aphelion ternyata tidak berpengaruh banyak pada kondisi cuaca dan suhu di permukaan bumi. Hal ini dikonfirmasi oleh Kominfo melalui website mereka.

Faktanya, suhu udara yang menjadi lebih dingin memang fenomena alamiah yang selalu terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau sekitar bulan Juli hingga September.

BMKG melalui website resmi juga pernah menjelaskan bahwa pergerakan angin dari timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia adalah penyebab utamanya.

| Baca Juga : 5 Orang Terseret Ombak di Pantai Parangtritis, Satu Turis Asing Tewas

“Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin,” jelas BMKG.

Angin tersebut kemudian membuat suhu di beberapa wilayah Indonesia, khususnya yang berada di bagian selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, terasa lebih dingin.

Selain itu, musim kemarau membuat awan hujan di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara berkurang. Ini kemudian menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi saat malam hari tidak tersimpan di dalam atmosfer karena minimnya uap air. Alhasil, suhu malam hari jadi lebih dingin.

| Baca Juga : Gletser di Peru Cair, Ditemukan Mayat Pendaki yang Hilang 22 Tahun

Selama puncak musim kemarau, masyarakat juga cenderung akan melihat langit yang cerah dan bersih dari awan (clear sky). Ternyata, langit tanpa awan bisa membuat panas radiasi langsung dilepaskan ke atmosfer luar.

Udara yang ada di dekat permukaan bumi akhirnya menjadi terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari.

Lebih jauh lagi, BMKG menjelaskan jika ini adalah fenomena yang wajar terjadi setiap tahun. Bahkan terkadang di dataran yang lebih tinggi seperti Dieng dan pegunungan akan terjadi embun es. (*)

Tags:

Leave a Reply