By: Farah Yumna
16 July 2024

“Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin,” jelas BMKG.

Angin tersebut kemudian membuat suhu di beberapa wilayah Indonesia, khususnya yang berada di bagian selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, terasa lebih dingin.

Selain itu, musim kemarau membuat awan hujan di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara berkurang. Ini kemudian menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi saat malam hari tidak tersimpan di dalam atmosfer karena minimnya uap air. Alhasil, suhu malam hari jadi lebih dingin.

| Baca Juga : Gletser di Peru Cair, Ditemukan Mayat Pendaki yang Hilang 22 Tahun

Selama puncak musim kemarau, masyarakat juga cenderung akan melihat langit yang cerah dan bersih dari awan (clear sky). Ternyata, langit tanpa awan bisa membuat panas radiasi langsung dilepaskan ke atmosfer luar.

Udara yang ada di dekat permukaan bumi akhirnya menjadi terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari.

Lebih jauh lagi, BMKG menjelaskan jika ini adalah fenomena yang wajar terjadi setiap tahun. Bahkan terkadang di dataran yang lebih tinggi seperti Dieng dan pegunungan akan terjadi embun es. (*)

Tags:

Leave a Reply