| Baca Juga: Nazmin Rasheed, Bocah 10 Tahun yang Dapat Julukan ‘Little Van Gogh’
Belum lulus S2, Tahun 2022 Alfian diterima menjadi PNS di Kementerian Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Dia pun pindah ke Jakarta. Namun tetap melaksanakan perkuliahan secara hybrid (online dan offline).
”Senin sampai Jumat kuliah online. Dan sabtunya saya ke Surabaya untuk kuliah offline. Biasanya tatap muka dua sampai empat kali. Enggak ngerasa capek sih, karena selama ini saya sudah terbiasa mobile orangnya,” ucap ayah seorang putri itu.
Dia menambahkan, ”Sejak S1 sampai S2 ini memang tiap kuliah selalu naik ojek, kadang diantar teman. Kalau naik angkot itu susah. Belum oper-opernya. Jadi tidak ada kendala. Apalagi selama kuliah di UNAIR juga saya rasa tidak ada kesulitan. Mungkin yang belum ada itu jalan pemandu untuk tuna netra.”
Alfian menekankan pentingnya konsistensi, kedisiplinan, dan melakukan yang terbaik untuk mencapai kesuksesan.
“Saya sampai bisa di titik ini juga karena orang tua. Mereka yang selalu menanamkan pada diri saya untuk selalu mandiri. Kalau saya tidak bisa melakukan apa-apa, lalu kehidupan saya gimana? kan orang tua tidak selalu bersama kita. Takut itu bukan opsi. Makanya saya selalu bilang, kemandirian itu harus dipaksakan dan kesempatan itu harus direbut, bukan ditunggu,” pesan Ketua Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Jawa Timur itu. (*)
Selengkapnya Baca di Tabloid Nyata Cetak Edisi 2790, Minggu II, Januari 2025.
Tags:Alfian Andika Yudistira Penyandang disabilitas Surabaya Unair Universitas Airlangga Wisudawan Wisudawan Tunanetra