Israel diketahui telah membombardir dan menghancurkan Jalur Gaza yang berada di Palestina. Melihat hal tersebut, beberapa warga Gaza mulai mengkritik kelompok hamas yang dinilai gagal mengakhiri perang.

Menurut salah satu warga Gaza, Umm Ala (67) yang telah dua kali mengungsi selama perang delapan bulan ini. Menurutnya, Hamas telah memimpin rakyat Palestina ke dalam pemusnahan.

“Jika para pemimpin Hamas tertarik untuk mengakhiri perang ini dan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina, mereka pasti menyetujui kesepakatan,” kata Umm Ala, yang kini mengungsi di Khan Younis, kota utama di wilayah selatan dikutip dari AFP.

| Baca Juga : Melly Goeslaw Dukung Palestina Lewat lagu di Konser Malaysia

Warga Gaza tersebut kemudian mengatakan pada AFP bahwa, apakah Hamas turut bertanggung jawab atas hambatan mencapai gencatan senjata baru.

Perang tersebut kembali terjadi usai Hamas melakukan penyerangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang mengakibatkan 1.194 orang meninggal, dan sebagian besar orang yang meninggal tersebut berdasarkan perhitungan AFP dari angka resmi Israel mereka adalah warga sipil.

Selain itu, Hamas disebut telah menyandera 251 orang pada hari itu. Dari jumlah tersebut 116 orang dikabarkan masih berada di Gaza, meskipun tentara mengatakan 41 orang tewas.

Israel kemudian melakukan serangan balasan atas serangan tersebut. Israel membalas dengan serangan yang mematikan dan menghancurkan Gaza hingga menewaskan lebih dari 37 ribu warga Gaza.

| Baca Juga : Bella dan Gigi Hadid Donasi Belasan Miliar Untuk Anak-anak Palestina

Terlepas dari gencatan senjata selama satu minggu pada November, beberapa upaya untuk melakukan gencatan senjata baru telah gagal.

Mediator Amerika Serikat, Mesir dan Qatar sekali lagi terlibat dalam negosiasi dengan Israel dan Hamas dalam upaya menyelesaikan kesepakatan untuk mengakhiri perang. 

Namun, sebagian warga Gaza yang hidup dalam pembatasan sejak Hamas merebut kekuasaan wilayah tersebut pada 2007, menyalahkan kelompok tersebut atas kehancuran besar yang disebabkan dari perang tersebut.

“Hamas telah mengolok-olok kami, penderitaan kami, dan kehancuran hidup kami,” kata Abu Eyad (55) yang tinggal di Gaza utara.

| Baca Juga : All Eyes On Rafah, Derita Perempuan dan Anak Palestina yang Tak Berujung

Abu Eyad, yang ketiga anaknya tinggal bersama kerabat berbeda di lokasi berbeda, menyerang kepemimpinan politik Hamas yang menjamu Qatar, dengan mengatakan bahwa mereka tidur nyenyak, makan dan minum.

“Pernahkah kamu mencoba menjalani hidup kita hari ini? Tahukah kamu bahwa sering kali kita tidak menemukan makanan sama sekali?” tanya dia kepada Hamas.

Telah diberitakan hingga Mei 2024, pemimpin Hamas berada di Doha, ibu kota Qatar. Pemerintah Qatar mengatakan kalau kepemimpinan politik Hamas akan tetap berada di Doha selama kehadiran mereka tetap bermanfaat bagi upaya mediasi yang bertujuan untuk mengakhiri perang di Gaza.

“Selama kehadiran mereka di Doha, seperti yang selalu kami katakan, bermanfaat dan positif dalam upaya mediasi ini, mereka akan tetap di sini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari pada konferensi pers, seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (23/04). (*)

Tags:

Leave a Reply