By: Azharul Hakim
13 August 2025

Hasil daur ulang dari sampah botol plastik. Foto : Foto : Azharul Hakim/Nyata

Hasil daur ulang dari sampah botol plastik. Foto : Foto : Azharul Hakim/Nyata

Ada pula Rumah Raden Sumomiharjo, yang dikenal masyarakat sebagai mantri nyamuk. Pada masa itu, penyakit malaria merebak luas, dan Sumomiharjo, ditugaskan ke Surabaya untuk membuka praktik pengobatan di sana, khususnya daerah Bubutan.

Bangunan bersejarah lainnya, yaitu Sekolah Ongko Loro. Dulunya, bangunan itu merupakan tempat belajar kaum pribumi selama dua tahun untuk belajar baca tulis hitung setingkat SD.

Kampung Maspati tidak hanya hidup dalam kenangan. Di sana, jalanan kampung disulap menjadi panggung budaya. Rumah-rumah tua dirawat menjadi saksi bisu zaman. Kenangan lama dihidupkan kembali dengan semangat gotong royong warganya.

| Baca Juga : Tradisi Sambut Tahun Baru Imlek di Kampung Pecinan Surabaya

Jika memasuki kampung, pengunjung akan disambut warga dengan pakaian daerah. Ada yang menari, ada pula yang memainkan musik patrol di jalanan kampung selebar 3 meter tersebut.

Alunan musik patrol yang semarak dan rancak membuat perjalanan kian terasa menyenangkan. Apalagi, di hampir tiap rumah ditanami berbagai macam tanaman hias dan pepohonan, menjadikan Kampung Maspati terasa sejuk.

Selain tanaman, sepanjang jalanan Kampung Maspati diubah menjadi kawasan bermain anak-anak, sehingga generasi muda lebih dekat dengan kebudayaan daerah. Permainan ini terdiri atas engkle, baklak, dakon, lompat tali, ular tangga, dan masih banyak lagi.

“Pengunjungnya beragam. Bahkan, biasanya dikunjungi turis manca negara. Mereka itu penumpang kapal pesiar yang singgah di Pelabuhan Tanjung Perak di masa kunjungan bulan November sampai April,” terang Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Maspati, Suyatno.

| Baca Juga : Menjelajah ’Pabrik’ Lontong Rumahan di Surabaya

Di tengah nuansa sejarahnya, Kampung Maspati juga menampilkan wajah modern lewat inovasi teknologi yang ramah lingkungan. Salah satunya adalah robot daur ulang buatan warga yang mampu mengubah sampah botol plastik menjadi cendera mata, seperti gantungan kunci.

“Robot  ini akan jadi bagian dari wisata edukasi daur ulang. Kami sudah menyiapkan ruangannya di lantai 2 balai RW 06,” kata pria yang akrab disapa Cak O’on tersebut.

Tags:

Leave a Reply