- 6 dari 10 tidak yakin kalau stunting berhubungan dengan pola asuh. Padahal, pola asuh sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Hal ini juga berkaitan dengan pemenuhan gizi anak tersebut serta kognitifnya.
- 5 dari 10 percaya kalau risiko stunting bukan karena ketidakmampuan membeli pangan. Padahal, kondisi ekonomi yang buruk juga bisa menjadi pemicu stunting. Hal ini karena orang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan setelah lahir.
- 4 dari 10 percaya kalau stunting bukan penyakit atau kondisi medis serius. Padahal, stunting merupakan kondisi medis yang memengaruhi tumbuh kembang anak. Hal ini juga akan memengaruhi kognitif yang buruk.
- 2 dari 10 tidak yakin bahwa stunting bisa berpengaruh bagi kondisi keluarga secara keseluruhan. Padahal, kondisi stunting dapat memengaruhi kondisi keluarga menjadi buruk.
|Baca Juga: Jadi Idola! Ini Alasan Kate Middleton Layak Jadi Panutan Para Ibu
Bahkan ketika dilakukan analisis lanjutan konsistensi antara pemaknaan stunting terhadap persepsi, keenam indikator yang salah kaprah itu, sejalan dengan perspective barrier dari responden. Sebanyak 22% responden tidak setuju bahwa stunting adalah ancaman kesehatan, 10% responden tidak setuju dampak stunting akan berat untuk anak dan negara, bahkan lebih dari 40% responden meyakini ancaman Covid-19 jauh lebih serius dibanding stunting.
Itulah beberapa pemaknaan yang salah di masyarakat sehingga menghambat penurunan angka stunting di Indonesia. Menanggapi masalah tersebut, mantan Menteri Kesehatan RI Periode 2014-2019, Nila Djuwita Moeloek, mengatakan, peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap stunting itu sangat penting. Dengan begitu target pemerintah terkait penurunan angka stunting dapat terpenuhi.
“Peningkatan kapasitas pengetahuan kesehatan terkait stunting perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah dan semua pihak, agar target 14 persen penurunan stunting bisa tercapai,” jelas Nila.
Ray juga menyarankan agar pemerintah mulai memantapkan metode edukasi stunting dengan pembahasan yang sederhana, dan sebanyak mungkin menggunakan pola seperti edukasi protokol selama pandemi yang menggunakan kekuatan media sosial.
Tags:Dampak Buruk Stunting Stunting