By: Fatiah Ika
29 December 2021

Media sosial Twitter sedang dihebohkan dengan tagar #YogyaTidakAman #SriSultanYogyaDaruratKlithih. Tagar itu menjadi trending karena salah satu pemilik akun mengunggah kisahnya yang mengaku dipepet seseorang ketika berkendara di daerah Underpass Jalan Kaliurang, Yogyakarta.

Saat korban merasa ingin dibegal, nyatanya pelaku langsung melarikan diri setelah korban teriak. Tidak lama korban mengetahui jika tangannya telah bersimbah darah karena disayat oleh benda tajam. Cerita itu diunggah lalu viral dan ternyata banyak sekali korban yang diakibatkan oleh aksi Klitih ini. Mari simak beberapa faktanya!

1. Makna Klitih

Foto: Dok. Pixabay

Klitih sendiri sendiri sedikit mirip dengan begal namun yang membedakan adalah dia tidak mencuri barang milik korbannya. Klitih dalam bahasa Jawa memiliki arti aktivitas di luar ruangan. Menurut Kriminolog Universitas Gajah Mada Suprapto menjelaskan jika Klitih memilki arti yang positif untuk melakukan sesuatu di waktu luang.

Namun semakin lama nama Klitih sendiri sudah bermakna negatif karena sudah berkembang menjadi aktivitas kejahatan jalanan menggunakan senjata, atau perilaku di luar kelaziman yang dilakukan oleh anak di bawah umur.

2. Sudah ada sejak 1990-an

Foto: Dok. Pixabay

|Baca Juga: Cinta Gila! Jadi Korban KDRT, Wanita Ini Ogah Cerai Karena Suami Terlalu Tampan

Aktivitas yang merugikan banyak orang ini ternyata sudah ada sejak tahun 1990. Tindakan kriminal yang melibatkan anak di bawah umur atau remaja ini muncul di sekitar tahun tersebut. Di tahun 1993 tepatnya tanggal 7 Juli Kepolisian Wilayah Yogyakarta telah menyelidiki sekelompok remaja yang sering melakukan tindak kejahatan di jalan.

Puncaknya di tahun 2016 tercatat ada 43 kasus kekerasan yang melibatkan kelompok remaja ini. Oleh karena itu istilah Klitih semakin marak terdengar hingga sekarang.

3. Korbannya bisa siapa saja

Foto: Dok. Pixabay

Menurut Suprapto awalnya aktivitas yang dilakukan oleh Klitih ada aturannya sendiri. Mereka tidak akan menyerang perempuan, orang yang berboncengan, dan orang tua. Namun, saat ini peraturan Klitih sudah berbeda, mereka mulai mengacak korban tidak peduli laki-laki atau perempuan, remaja atau orang tua, semua bisa dibabat habis oleh mereka.

4. Faktor yang mempengaruhi

Foto: Dok. Pixabay

|Baca Juga: Pria Asal Korea Selatan Bekukan Jasad Ibu. Alasannya Bikin Geleng Kepala

Suprapto menjelaskan jika organisasi itu terbagi menjadi tiga struktur yakni inti, inti plus, dan inti plus-plus. Struktur inti adalah para remaja itu sendiri, struktur inti plus berhubungan langsung dengan para alumni yang pernah masuh kedalam dunia itu, dan struktur inti plus-plus berkaitan dengan para pelaku kriminal.

Klitih bisa terjadi jika suatu kelompok sedang melakukan rekrutmen anggota baru. Biasanya aksi yang dilakukan hanya untuk ajang eksistensi diri dan masih belum diketahui motif dasar dari tindakan kriminal tersebut.

5. Pelaku masih di bawah umur

Klitih
Foto: Dok. Instagram

Tidak bisa dipungkiri jika kebanyakan anggota Klitih adalah anak remaja atau masih di bawah umur. Aksi kejahatan mereka dilakukan pada malam hari saat jalanan Yogyakarta terasa sepi. Banyaknya laporan dari Klitih itu membuat pihak kepolisian untuk selalu stand by dan berpatroli ke titik lokasi yang rawan.

Polisi tidak bisa berbuat banyak saat para remaja ini ditangkap karena hukum Indonesia yang melibatkan anak di bawah umur hanya mendapat hukuman ringan. Alangkah lebih baik jika ditangani dengan cara melakukan penyuluhan-penyuluhan di sekolah yang siswanya kerap menjadi incaran rekrutmen Klitih.

Tags:

Leave a Reply