“Penanganannya harus cepat agar tidak kehilangan golden time. Setelah pertolongan pertama, penderita harus segera dapat penanganan medis. Paling lambat 12 jam,” jelas mantan juru bicara Satgas Covid-19 Provinsi Jatim itu.
Sebelum melakukan pijat jantung, dr Jibril menganjurkan penolong untuk mencek kesadaran penderita dengan memanggil namanya. Posisikan di tempat yang nyaman dan beri oksigen, bila ada.
Bila tak merespons, cek nafas dari hidungnya. Cek denyut nadi di leher. Kalau juga tak ada, sambil menunggu ambulans, lakukan pijat jantung atau CPR bagi yang bisa.
| Baca Juga : Cuma 7 Detik! Aplikasi Buatan Remaja Ini Bisa Deteksi Masalah Jantung
“Itu upaya krusial untuk mempertahankan sirkulasi darah selama menunggu bantuan medis,” kata pria 34 tahun itu.
Dengan tegas Jibril mengatakan, serangan jantung adalah hal yang sangat bisa dihindari. Caranya masih seperti dulu. Yakni pemeriksaan kolesterol darah secara rutin, berolahraga minim 30 menit sehari, jauhi rokok dan alkohol, jangan gemuk (obes), pola makan sehat dan manage tingkat stres Anda. bagi penderita diabetes, darah tinggi dan kolesterol tinggi, jaga stabilitas indikatornya di range normal.
”Olahraga ringan seperti itu terbukti menurunkan serangan jantung hingga 31 persen. Pengelolaan emosi, seperti cemas, stres dan depresi, menolong hingga 20 persen,” kata Jibril.
“Trennya sudah bergeser. Dulu, 20-30 tahun lalu, umur yang pasang stent (ring, red) di atas 50. Sekarang 31 tahun sudah pakai ring,” kata dr Jibril. (*)
Jangan ketinggalan berita terbaru dan kisah menarik lainnya! Ikuti @Nyata_Media di Instagram, TikTok, dan YouTube untuk update tercepat dan konten eksklusif setiap hari.
Tags:Makhyan Jibril Ricky Siahaan RSUD Dr. Soetomo Serangan Jantung Seringai